Laku Guru Apik versi Sunan Gunung Djati

 Laku Guru Apik versi Sunan Gunung Djati

Kisah Sunan Drajat Ditolong Ikan di Laut (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kala itu saya bersua dengan teman lama. Ia telah berhasil mencapai citanya dengan menjadi guru. Hanya saja raut wajahnya tidak menunjukkan citra sumringah. Ia bercerita bahwa untuk masuk menjadi guru cukup sulit, setelah masuk pun masih sulit. Saya rasa realitasnya memang demikian.

Setelah mendengar keluhnya, saya lantas menyikapi dengan menukil sebagian kecil khazanah keilmuan yang terdapat di Serat Walisana. Di dalam serat tersebut, ada nasihat dari Sunan Gunung Djati kepada Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Djati memberi bekal ketika kelak Sunan Kalijaga hendak mencari guru lagi atau telah menjadi guru dari murid tempatnya berdakwah.

Setidaknya ada sepuluh jenis guru yang disebut oleh Sunan Gunung Djati. Kesepuluh itu dapat diklasifikasikan sebagai guru yang patut untuk ditiru laku tirakat dan diserap-cercap ilmu pengetahuannya. Di samping ada guru yang memang mesti dijauhi. Bahkan di serat tersebut, Sunan Gunung Djati juga menyebut orang yang sebenarnya belum layak, belum paham, dan belum menguasai ilmu tapi mendaku sebagai guru.

Dari sepuluh, ada tiga guru yang dapat dinilai baik menurut serat tersebut. Pertama, guru bojakirana. Guru jenis ini disifati sebagai guru yang dapat menahan hawa nafsu dan menekan rasa senangnya. Guru jenis bojakirana ini barangkali hanya sedikit yang dapat kita temui. Guru yang memang benar mengajar dengan ikhlas tanpa pamrih berupah terimakasih.

Kemudian yang kedua, guru marsudi atau guru yang dicari. Oleh Sunan Gunung Djati, guru jenis marsudi diindikasikan dengan: “… dene pandita marsudi, kang ngibadah lair batos; Nora pegat mulyakken sariranipun, pujine ngebeki bumi, saosike enengipun, nora samar dadi puji, sembah pujine tan pedot”.

Definisi bebasnya, guru jenis marsudi memiliki karakter yang setiap gerak lakunya diniatkan untuk beribadah. Guru yang setiap jengkal nafasnya mengucap nama-Nya. Saya rasa guru jenis marsudi ini selain memiliki kepahaman ilmu yang luas, juga telah memiliki level kemapanan rohani yang relatif tinggi dibanding orang awam.

Dalam Serat Walisana itu, Sunan Gunung Djati merekomendasikan kepada Sunan Kalijaga, bila hendak mencari guru lagi untuk memperdalam keilmuan dan keimanannya, untuk mencari guru berjenis marsudi. Barangkali Sunan Gunung Djati saat itu menilai bahwa, level kecakapan ilmu dan iman yang dimiliki Sunan Kalijaga telah setara dengan guru jenis bojakirana.

Kemudian guru tertinggi menurut Sunan Gunung Djati adalah guru berjenis wiladi atau suci. Kutipan di dalam serat: “Dene ingkang pandita wiladi iku, asareh wuwuse aris, tan muruk sudi karyeku, lakuning pandita supi, den antepi lair batos.” Guru wiladi telah mencapai kesucian dengan ciri tutur katanya yang pelan menentramkan, tidak meng-aku-kan dirinya, jiwanya telah tenang, dan memiliki keseimbangan pengetahuan lahir batin.

Guru jenis ini saya rasa sudah langka untuk ditemukan. Terlebih bila melihat sekian kabar yang diwartakan di berbagai media tentang serangkaian peristiwa yang mestinya tidak dilakukan oleh seorang guru. Melecehkan murid atau santrinya, mengkorupsi dana bantuan untuk kepentingan pribadi, menyuap supaya bisa lolos tes, dan serangkaian kejadian lainnya menjadi wajah masam bagi para guru.

Dari ketiga jenis guru yang dirumuskan Sunan Gunung Djati dalam Serat Walisana ini, kita bisa memaknai bahwa guru mesti memiliki kapasitas religius yang mumpuni. Pengetahuan yang luas, metode mengajar, dan media mengajar itu memang penting, tetapi itu masih permukaan.

Dalam ajaran Islam sendiri, ilmu itu diibaratkan sebagai cahaya. Ketika si penyampai atau guru belum memiliki level religius yang mumpuni, konsekuensinya cahaya yang disampaikan mungkin malah padam. Dan Sunan Gunung Djati mewanti-wanti melalui Serat Walisana sejak berabad-abad silam.

Walahul’alam.

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *