Kyai Kaligrafi dari Madura

 Kyai Kaligrafi dari Madura

Kyai Kaligrafi dari Madura

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kaligrafi menjadi salah satu seni dalam agama Islam. Sekian ayat di kitab suci, hadis, bahkan kalam ulama yang memuat pesan-pesan kebaikan bisa ditulis dan dipoles dengan rupa yang indah.

Nilai estetika menjadi prioritas, di samping dakwah bernada ramah guna mengajak siapa saja yang melihat untuk mensyukuri keindahan-Nya melalui langgam tulisan.

Adalah KH. Mohammad Basthomi Tibyan, kyai yang mukim di Pondok Pesantren Al-Amien, Prenduan ini berhasil menemukan metode gerobak dalam seni kaligrafi.

Metode yang bisa kita duga diambil dari sendi-sendi kebudayaan nusantara.

Kyai Basthomi belajar seni kaligrafi ketika nyantri di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan. Di situ, ia belajar kepada Ustaz Suroto.

Bakat seninya sudah terlihat ketika masih duduk di bangku kelas V madrasah ibtidaiyah. Maka tidak mengherankan jika saat itu, Ustaz Suroto memintanya untuk menjadi asisten yang mengoreksi hasil belajar seni dari para santri yang belajar di ponpes tersebut.

Tidak hanya itu, di usianya yang masih belia, Kyai Basthomi beberapa kali dimintai untuk membuat kaligrafi di beberapa masjid di wilayah Madura.

Upahnya dari seni kaligrafi inilah yang digunakan untuk biaya hidup dan belajar selama ia menjadi santri, sekira 13-an tahun.

Sanad Kaligrafi KH Mohammad Basthomi Tibyan

Kyai Basthomi tercatat juga pernah nyantri di beberapa pondok pesantren besar negeri ini. Seperti misalnya Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Jawa Tengah dan Pondok Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosasi, Malang.

Sekali waktu di sela-sela nyantri, ada kabar bahwa Syekh Bil’id dari Turki hendak berkunjung ke Jakarta. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kyai Basthomi untuk peroleh sanad seni kaligrafi untuk khat Naskhi.

Syekh Bil’id sendiri merupakan ulama mashur yang dikenal sebagai hakim kaligrafi internasional.

Bagi Kyai Basthomi, jika khat Naskhi sudah dikuasai, maka untuk menguasai khat yang lainnya menjadi lebih mudah.

Khat lainnya dalam seni kaligrafi yang dimaksud Kyai Basthomi antara lain khat Riq’ah, khat Farisi, khat Diwani, khat Tsuluts, dan khat Kufi.

Seni Kaligrai Metode Gerobak

Dalam artikel Guru Master Kaligrafi Pencipta Metode Gerobak (2022), Kyai Basthomi menerangkan muasal metode tersebut muncul.

“Saya terinspirasi oleh Pak Dur, tukang sapu di Al-Amien Prenduan. Saat itu beliau bawa gerobak, ternyata di gambar gerobak itu ada rumus”, tutur Kyai Basthomi.

Gambar gerobak ini mewakili cara mengarsir. Semacam laku awal sebelum masuk dalam seni kaligrafi.

Santri yang belajar kaligrafi akan disuruh mengarsir dari berbagai sisi; bawah ke atas dan sebaliknya, maupun kanan ke kiri dan sebaliknya.

Selain itu, dalam buku yang dikarangnya Metode Gerobak Cara Cepat Tulis Arab (2008), juga menyuruh para pembelajar seni kaligrafi untuk menggambar gerobak beserta orangnya sesuai petunjuk buku. Hal ini sebagai pembiasaan, supaya tangan bisa lebih luwes dan lentur.

Kyai Basthomi sendiri tidak asal mengalamatkan metodenya pada gerobak. Sebab menurutnya, garis yang ada di gerobak mewakili postur seluruh dari huruf hijaiyah.

Misalnya saja garis pertama bisa menjadi alif lam, kaf, dan tho. Kemudian untuk yang ke arah samping bisa menjadi huruf ba dan kaf.

Dan masih banyak lagi huruf-huruf hijaiyah lainnya yang terwakili oleh sebuah gerobak.

“Saya niat takzim pada Al-Qur’an”, ujar Kyai Basthomi. Dan saya rasa, takzim pada Al-Qur’an memang tidak hanya dihafalkan melalui sekian pendirian rumah tahfidz.

Itu hanya salah satu bentuk takzim, bukan satu-satunya. Takzim ternyata juga bisa ditunaikan melalui seni kaligrafi. Kira-kira begitu. []

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *