Kuwait Himbau OKI untuk Menangani Diskriminasi Umat Muslim di India
HIDAYATUNA.COM – Kuwait telah meminta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk ikut campur tangan dalam mengatasi sentimen anti-Muslim di India.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Senin kemarin, Sekretariat Jenderal dari Dewan Menteri Kuwait, menyatakan ‘keprihatinan yang mendalam’ tentang perlakuan yang telah diterima oleh umat Muslim di negara tersebut.
Mereka menyerukan agar OKI segera mengambil ‘langkah-langkah darurat yang diperlukan’ untuk ‘menjaga hak-hak dari umat Muslim disana’.
Abdullah al-Shoreka, seorang menteri di Kementerian Awqaf dan Urusan Islam Kuwait, membuat postingan di akun twitternya yang mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Muslim untuk berbicara menentang penganiayaan yang sedang dilakukan terhadap rekan seagama mereka.
“Apakah mereka yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, terhadap Muslim di India, dan melanggar hak-hak mereka, berpikir bahwa Muslim di dunia akan tetap diam saja tentang kejahatan ini dan tidak akan bergerak secara politik, secara hukum, dan secara ekonomi terhadap mereka?” katanya.
Pernyataan itu menyusul komentarnya pada bulan lalu, dimana Kuwait menyampaikan kekhawatiran tentang perlakuan yang diterima oleh umat Muslim di negara itu (India).
Seperti yang diketahui, pada bulan Februari lalu kerusuhan telah meletus di ibukota India, Delhi, yang menyebabkan puluhan kematian, yang kebanyakan dari jumlah itu adalah umat Muslim yang menjadi sasaran dari nasionalis Hindu.
Kerusuhan itu sendiri terjadi setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi, meloloskan sebuah undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial, yang juga disebut sebagai undang-undang anti-Muslim. Modi dituduh telah mengecualikan umat Muslim di India dan merusak prinsip sekularisme di negara tersebut.
Dan saat ini, umat Muslim di India juga telah menjadi sasaran teori konspirasi tentang pandemi virus corona yang tersebar luas di negara itu.
Pemerintah India telah menyorot acara Tabligh Akbar umat Islam yang telah diadakan pada bulan lalu di New Delhi. Mereka menuduh acara pertemuan umat Muslim itu telah membantu penyebaran dari virus corona menjadi semakin meluas.
Dan akhirnya seorang anggota dari Partai Bharatiya Janata (BJP), sebuah partai yang sedang berkuasa di India saat ini, muncul dalam sebuah wawancara dan menggambarkan pertemuan itu sebagai ‘terorisme corona’.
Ditambah lagi dengan sebuah video klip palsu, yang dimaksudkan untuk menunjukkan umat Muslim yang sedang meludahi pejabat keamanan, menyebabkan viralnya tagar ‘CoronaJihad’ di Twitter, meskipun video tersebut telah berkali-kali dibantah. (Middleeasteye.net)