Kota Tarim, Warisan Budaya Islam yang Lestari Hingga Kini

 Kota Tarim, Warisan Budaya Islam yang Lestari Hingga Kini

Tasht-Gozari, Sebuah Ritual Kuno Peringati Muharram di Iran (Ilust/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – “Andai saja engkau mengeluarkan semua harta yang kau milki untuk berkunjung ke Kota Tarim, niscaya apa yang kau dapatkan akan lebih besar dari apa yang telah kau keluarkan?” Begitulah kata Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengenai keistimewaan Kota Tarim.

Tarim merupakan kota kecil yang berada di Provinsi Hadhramaut, Yaman. Keutamaannya tidaklah hanya dirasakan oleh penduduk-penduduk daerah tersebut, tapi oleh semua kaum muslimin dimanapun berada.

Tak jarang banyak orang yang berasal dari luar Kota Tarim ingin sekali mengunjungi kota tersebut. Baik dari Afrika, Amerika, Inggris, Malaysia, Singapura, bahkan Indonesia.

Hadramaut, Yaman (Sumber: Republika)
Hadramaut, Yaman (Sumber: Republika)

Penduduk Kota Tarim

Rasanya takkan pernah bosan melihat kekaguman akan berbagai macam potret kehidupan Kota Tarim.

Laksana gersangnya gurun, hati kita selalu mendambakan kehadiran oase. Kiranya Tarim-lah oase tersebut. Jutaan kelembutan & kebijaksanaan masyarakatnya terbukti mampu menggugah kerasnya hati untuk dapat kembali mengingat Ilahi. Ini baru salah satu potret dari jutaan kearifan masyarakat Kota Tarim lainnya.

Pemandangan seorang anak kecil tanpa alas kaki yang notabene seusianya masih dalam kemanjaan dunia permainan. Ia justru sibuk beribadah dalam kondisi yang bisa jadi bagi kebanyakan orang “tak memungkinkan”; hal itu tak jarang kita temui di sana.

Sungguh ini merupakan pelajaran berharga untuk kita semua. Tak ayal benarlah sabda Nabi yang berbunyi, “iman ada pada Yaman, fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.”

Penduduk Tarim (Sumber: Hidayatuna)
Penduduk Tarim (Sumber: Hidayatuna)

Selain itu, penduduk Tarim ialah mereka yang senantiasa menjunjung tinggi cinta dan kasih sayang. Tak hanya kepada manusia, melainkan seluruh makhluk hidup ciptaan Allah Sang Maha Kuasa. Mengenai ini, teringat kisah akan Imam Ghazali yang di akhir hayatnya mendapat Rahmat dari Allah SWT bukan karena semua ibadahnya, seperti salat maupun yang lainnya.

Akan tetapi karena kecintaan & kepeduliannya terhadap makhluk Allah, yaitu memberi minum lalat dari tinta pena yg sedang digunakannya. Lalu Allah SWT. ridha & ia mendapat rahmat-Nya. Hal tersebut selaras dengan bunyi hadis “Sayangilah siapa pun yang ada di bumi niscaya akan disayangi oleh Sang Pemilik langit.”

Keistimewaan Kota Tarim

Betapa Tarim banyak mengajarkan kita akan pentingnya arti Rahmatan Lil ‘Alamin. Imam Al Muhasibi berkata, “seseorang yang zuhud ialah mereka yang menganggap kecil bencana besar yang menimpa dirinya & menganggap besar sesuatu yang dianggap kecil oleh orang lain”.

Mungkin bagi kita pada umumnya menganggap yang namanya akhlak, adab, moral, etika tidaklah menjadi sesuatu yang penting sehingga mesti dikejar. Dibanding harta, pangkat, jabatan dan kedudukan. Namun beda halnya dengan penduduk Negeri Seribu Wali ini, prioritas utama mereka justru adalah kebalikan dari prioritas kebanyakan kita.

Tarim memanglah unik sebagaimana disebut dalam sebuah syair Imam Abu Bakar bin Syihab yang artinya: “Jika kita mengunjungi Kota Tarim, kita dapati debu yang memancarkan wewangiannya layaknya bibit minyak wangi yang berharga. Kita berjalan tanpa menggunakan alas kaki melintasi kota tersebut untuk memuliakan, karena kita berjalan di tanah yang suci”.

Begitulah Kota Tarim, negeri berkah yang didoakan oleh Sayyidina Abu Bakar. Keberkahan doa tersebut bahkan hingga detik ini masih bisa dirasakan, yaitu kota yang makmur, airnya berkah, dan dihuni banyak orang-orang sholeh.

Pengaruh era globalisasi yang menyebar ke seluruh pelosok negeri, rasanya tidak berlaku bagi Kota Tarim. Kesetiaan masyarakatnya dalam menjunjung tinggi adat istiadat menjadikan pengaruh budaya luar hampir tidak bisa mempengaruhinya. Tradisi keilmuan dan adab yang sangat kental menjadikan kota tersebut tercatat sebagai Ibukota Peradaban Dunia beberapa tahun silam.

 

Sumber: Catatan dari Tarim, “Kumpulan Tulisan dan Pengalaman di Bumi Seribu Wali” karya Ismael Al Khalilie

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *