Kontribusi Syaikhona Kholil Bangkalan dalam Berdirinya NU
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Syaikhona Kholil Bangkalan dinilai memiliki peran besar atas berdirinya jamiyah Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini sebagaimana dilansir dari Majalah Risalah NU, edisi 115.
Dalam tulisan tersebut, Syaikhona Kholil disebut telah membimbing dan mendorong KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah untuk mendeklarasikan NU sebagai organisasi keumatan di Indonesia.
Dijelaskan bahwa setelah mendirikan pesantren di daerah Madura, Hasyim Asy’ari disebut sebagai santri pertamanya.
“Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim Asy’ari, dari Jombang,” tulis Majalah Risalah NU dikutip Senin (8/11)
Dengan caranya sendiri Syaikhona Kholil melakukan tindakan taktis dalam bidang pendidikan. Ia mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun bangsa.
“Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya; salah satu diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah,” jelasnya.
Sebagai informasi, Syaikhona Kholil merupakan Mahaguru bagi ulama-ulama Indonesia. Beliau lahir pada Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M dari pasangan KH Abdul Lathif.
KH. Abdul Lathif sendiri merupakan putra dari Kiai Hamim nasab dari Sayyid Sulaiman Mojoagung, Mojokerto yang masih cucu Sunan Gunung Jati.
Jika diruntut silsilahnya ia masih keturunan Basyaiban yang masih dalam lingkungan keluarga Rasulullah Saw. Mbah Kholil memulai pengembaraannya dimulai dari belajar dari Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.
Tidak hanya sampai di situ, Mbah Kholil juga belajar di Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, Pondok Pesantren Keboncandi, Pasuruan, dan dari Kiai Kyai Nur Hasan di Sidogiri, yang masih memiliki hubungan keluarga. []