Kontribusi Muslim Cina dalam Penyebaran Islam di Indonesia

Mengenal Mongol Muslim di Cina
Mengenai awal mula masuknya Islam ke Indonesia para pakar umumnya percaya bahwa Islam masuk dari Gujarat (India), juga dengan perantaraan pedagang Persia pada paruh kedua abad ke-13 M. tetapi, sebelum abad ke-13 ternyata di Indonesia sudah terdapat pedagang muslim dari Cina. Kemungkinan, pedagang muslim Cina ini turut memperkenalkan Islam di sana. Memang sejak abad ke-7 M Indonesia, yaitu disepanjang pantai barat Selat Malaka, wilayah Kerajaan Sriwijaya di Sumatera yang telah menjadi pasar komoditas penting dunia.
Pada paruh kedua abad ke-9 M, ketika tentara pemberontak pimpinan Huang Chao menduduki Guangzhou, muslim Cina serta saudagar Arab dan Persia yang bermukim di sekitar Guangzhou berbondong-bondong mengungsi ke Palembing, Sriwijaya. Disebutkan pula bahwa pada tahun 943 M, sebagaimana dikuti Yuanzhi dari Chen Lite (1946:6), orang Arab bernama Mas’udi datang ke Sumatera dan melihat banyak orang Cina bercocok tanam di pulau tersebut. Banyaknya imigran Cina muslim yang kemudian menetap di Indonesia kian mempertegas bahwa orang-orang Cina mulsim turut berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Lebih jauh Yuanzhi mencatat bahwa pada abad ke-15 M, Ma Huan dalam bukunya, Yingya Shenglan (Pemandangan Indah di Seberang Samudra), menulis bahwa di Majapahit terdapat tiga kelompok penduduk. Salah satu di antara tiga kelompok itu adalah pendatang Cina dari masa Dinasti Tang. Mereka berasal dari Guangdong, Zhangzhou, Quanzhou dan daerah lainnya. Banyak diantara mereka sudah memeluk Islam. Catatan ini menegaskan bahwa sebelum Laksamana Cheng Ho (di masa Dinasti Ming) tiba di Jawa, sejumlah muslim Cina telah berada disana. Banyaknya pendatang Cina muslim di Indonesia berhubungan pula dengan eksodus bear-besaran penduduk Cina ke Asia Tenggara di masa Dinasti Yuan.
Dalam buku Yiyu Zhi (Catatan Mengenai Negeri Asing) disebutkan bahwa pada masa Dinasti Yuan terdapat jadwal pelayaran kapal setiap bulan antara Quanzhou di Fujian dengan Tuban (Kampung Baru) di Jawa. Sejumlah orang Cina pun banyak merantau ke Jawa. Pada abad ke-14 M, tepatnya pada tahun 1405, Laksamana Chen Ho utusan dari kekaisaran Dinasti Ming berlayar ke Samudera Barat. Tak lama kemudian utusan dari kerajaan di Jawa dan Sumatera yang juga banyak diantaranya beragama Islam mengunjungi Cina.
Berdasarkan catatan Ming Shilu (Catatan Sejarah Dinasti Ming) selama 25 tahun sejak tahun 1413 M hingga 1438 M, tersebutlah sejumlah utusan muslim dari kerajaan-kerajaan Jawa yang berkunjung ke Cina. Mereka antara lain Ali Samaja, Ali Tuanku, Ali Oeifusin, Ali Tiofunama, Ali Sulaiman, Ali Tiosianbun, Ali Baki, Ali Muhmud, Ali Kuoa, Ali Mahmud dan Ali Mayongliang. Kunjungan para utusan muslim dari kerajaan atau kesultanan-kesultanan Jawa ke Cina bukan hanya mencerminkan bahwa penyebaran Islam di Jawa sudah mencapai taraf kemajuan dan kaum muslim sudah surut serta dalam urusan negara, tetapi juga merupakan peristiwa penting dalam konteks pergaulan kaum muslimin Cina dan Indonesia.
Sebenarnya, tentang penyebaran Islam di Jawa masyarakat muslim Indonesia lebih mengenal nama atau sosok para wali yang kemudian disebut Wali Songo pada abad ke-14 sampai ke-16 M. mereka adalah para ulama penyebar Islam terkemuka di Indonesia. Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Ternyata beberapa di antara mereka merupakan keturunan Cina. Mereka adalah Sunan Ampel (Pang Swie Ho), Raden Patah (Tan Bun), Sunan Giri (Raden Paku), dan Kati (Tang A Mo).
Setelah berhasil menggulingkan kerajaan Hindu Majapahit, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam pertama di Demak, Jawa dan Kerajaan Demak memiliki peran yang sangat penting dalam proses Islamisasi di Jawa, Kalimantan dan Pulau-pulau lain di Indonesia. Mengiringi keberhasilan Islamisasi di pulau-pulau utama Indonesia pada pertengahan abad ke-16, jumlah muslim Cina kian bertambah dan perannya semakin besar. Antara abad ke-17 hingga ke-19, terdapat sejumlah masjid yang biasanya digunakan oleh komunitas muslim Cina, seperti Masjid Angke Batavia (1625), Masjid Krekot (1785), Masjid Kebon Jeruk (1718), Masjid Pecinan di Banten, Masjid Mentengan di Jepara dan Masjid Sumenep di Madura (1741).
Masjid-masjid tersebut umumnya mereka yang membangunnya. Termasuk diantara masjid di Semarang, Solo dan Gresik. Memasuki abad ke-18, dihampir semua kota besar di Indonesia perkumpulan masyarakat muslim Cina sudah muncul.
Sumber : Ensiklopedia Peradaban Islam Cina Muslim – Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec dan Tim TAZKIA