Komunitas Sejarawan Brooklyn Meluncurkan Situs Sejarah Lisan Muslim

Komunitas Sejarawan Brooklyn Meluncurkan Situs Sejarah Lisan Muslim
HIDAYATUNA.COM – Para sejarawan yang tergabung dalam Brooklyn Historical Society meluncurkan situs web yang mengulas sejarah lisan dan perkembangan Islam di Brooklyn yang bertujuan untuk menghidupkan sejarah Muslim di wilayah itu.
Dilansir dari Bklyner Kamis (10/9/20), situs web ini dibagi menjadi beberapa bagian, yang mencakup pengantar sejarah lisan ‘perawi’ yang mewakili berbagai macam sejarah muslim Muslim; dengan garis waktu yang muat gambar-gambar sejarah Muslim di Brooklyn dari tahun 1600-an hingga saat ini dan delapan rencana pelajaran yang sesuai dengan usia untuk kelas Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Proyek ‘Muslim In Brooklyn’ diluncurkan pada 2017 lalu. Pada masa awal peluncurannya situs itu memuat 55 sejarah lisan terkait Muslim di seluruh wilayah tersebut yang didapatkan dari berbagai macam sumber. Sejarah tersebut termasuk mencakup cinta, kehilangan, keluarga, dan banyak hal lainnya.
Setelah peluncurannya tiga tahun lalu, para penggagas ‘Muslim In Brooklyn’ tersebut telah mengumpulkan dan mengarsipkan hampir segala bentuk sejarah Muslim di situs web itu agar mudah diakses dan mendokumentasikan perjalanan hidup umat Islam di Brooklyn.
Situs web ini dirancang oleh Howes Studio, Inc., dan menurut pihak Brooklyn Historical Society, pembaca didorong untuk membuat hubungan “antara dan di antara cerita” yang diharapkan dengan melakukan hal tersebut dapat memperluas narasi tentang Muslim tidak hanya di Brooklyn, tetapi di seluruh Amerika Serikat untuk menjaga demokrasi Amerika yang multietnis dan multiras.
“Menggunakan sejarah lisan bersama dengan konteks sejarah dan aktivitas terstruktur untuk pendidik, situs web ini memberikan kesempatan bagi kami untuk mendengar Muslim Brooklyn menceritakan kisah mereka dalam semua kompleksitas dan nuansanya,” kata Deborah Schwartz, presiden dan CEO dari Brooklyn Historical Society dikutip Hidayatuna.com, Kamis (10/9/20).
“Menciptakan jalan penting bagi non-Muslim untuk memahami bagaimana cerita-cerita itu berhubungan dan berbicara dengan pengalaman mereka sendiri, dan mempromosikan bagaimana mendengarkan merupakan alat untuk akuntabilitas dan keterbukaan yang lebih besar. “