Kitab Bidayatul Hidayah, Metode Untuk Semua Kalangan Karya Santri Ploso
HIDAYATUNA.COM , Yogyakarta – Jenjang keilmuan biasanya melewati tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
Permulaan > Menengah > Tinggi
Bagi yang pernah belajar Bahasa Inggris disebut:
Elementary > Intermediate > Advanced
Demikian pula dalam keilmuan Islam ada istilah berikut:
Mubtadi’ > Mutawassith > Muntahi
Imam Al-Ghazali dalam mengulas ilmu tasawuf atau tazkiyatun nufus (menjernihkan hati dari penyakit sombong, iri dengki dan sebagainya) setidaknya dapat diklasifikasi dengan tiga jenjang tadi.
Kalau kita urutkan kitabnya adalah:
Bidayatul Hidayah > Minhajul Abidin > Ihya’ Ulumiddin
Kitab Bidayatul Hidayah yang anda lihat ini bukan kitab yang benar-benar bagi pemula, sebab hasil kajian dan tulisan para Mahasantri Ma’had Aly Pondok Ploso melengkapi dengan uraian (syarah) dan dalil yang memperkuat alur penjelasan Imam Al-Ghazali.
Bagi para santri dan pengajar kitab Bidayatul Hidayah akan semakin mudah karena diselipkan makna ala pesantren, baik harakat, tarkib atau susunan kalimat dalam bahasa Arab.
Bagi kalangan umum juga dapat dengan mudah memahaminya, karena di samping sudah ada terjemahannya, juga karena Imam Al-Ghazali menyampaikan dalam narasi nasehat dan dialog.
Hal yang paling penting sebagai pembuka adalah syair yang disampaikan oleh KH Nurul Huda Jazuli yang mengutip dari Diwan Asy-Syafii:
فَـقـيهاً وَصوفِياً فَكُن لَيسَ واحِداً • فَــإِنّــي وَحَـقُ اللَهِ إيّـاكَ أَنـصَـحُ
Artinya:
“Jadilah engkau sebagai orang yang tahu fikih dan tasawuf. Jangan menjadi salah satunya. Demi Allah, aku sedang menasehatimu.”
فَـذَلِكَ قـاَسٍ لَم يَـذُق قَـلبُهُ تُـقـىً • وَهَذا جَهولٌ كَيفَ ذو الجَهلِ يَصلُحُ
Artinya:
“Sebab orang yang tahu fikih saja akan keras hatinya dan tidak merasakan takwa (sempurna) dalam hatinya. Orang yang tahu tasawuf saja adalah bodoh, maka bagaimana mungkin dia dapat berbuat baik (sesuai aturan agama).”
Wallahu a’lam bisshowab. []