Kisah tentang Kejujuran dan Urgensitasnya dalam Al-Qur’an

 Kisah tentang Kejujuran dan Urgensitasnya dalam Al-Qur’an

Kisah tentang Kejujuran dan Urgensitasnya dalam Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Menurut KBBI, jujur adalah lurus hati dan tidak curang. Kejujuran di dalam bahasa Arab adalah as-shidqu atau as-shidiq yang artinya benar.

Kejujuran merupakan sifat dengan berkata sebenarnya sesuai apa yang terjadi tanpa sedikit pun menambah atau mengurangi dari apa yang sebenarnya terjadi.

Kejujuran merupakan sebuah salah satu akhlak yang mesti di miliki seorang muslim.

Tentu bukanlah hal mudah menjadi orang yang jujur, apalagi jika berada di lingkungan yang sebaliknya.

Akan tetapi, menjadi seseorang yang memiliki sifat jujur merupakan harta mahal yang tak terhingga. Jujur, mampu membawa seseorang pada kebaikan.

Perilaku jujur juga di jelaskan dalam Al-Qur’an yakni surah At Taubah ayat 119. Arti dari surat tersebut yakni:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah ayat 119)

Terdapat pula hadis tentang perilaku jujur. Salah satunya yaitu yang artinya:

“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka.” (H.R. Ibnu Hibban)

Selain itu juga, terdapat ayat Al-Qur’an tentang kejujuran, yakni surah Al-Ahzab ayat 35:

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Artinya:

“Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,

Laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,

Laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,

Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Al- Ahzab: 35)

Kisah tentang Kejujuran dan Cara Menerapkan Sikap Jujur

Terdapat sebuah kisah pada zaman Khalifah Umar bin Khattab tentang perilaku jujur.

Kisah ini begitu menginspirasi umat muslim agar senantiasa berperilaku jujur.

Dilansir dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kisah ini menceritakan seorang gadis penjual susu yang memiliki sifat jujur.

Dirinya berusaha untuk tetap berpendirian teguh dengan sikap jujur meski di sekitarnya banyak perilaku yang berlawanan dari kejujuran.

Khalifah Umar bin Khattab sering keliling pada malam hari untuk memeriksa kondisi rakyatnya secara langsung.

Pada suatu malam, Umar bin Khattab terhenti di dekat sebuah rumah karena merasa curiga melihat lampu rumah tersebut masih menyala.

Dari dalam rumah tersebut terdengar percakapan antara seorang ibu dengan putrinya.

“Wahai putriku, campurkanlah susu yang tadi engkau perah dengan sedikit air,” kata sang ibu.

“Bu, Amirul Mukmimin Umar bin Khattab melarang untuk berbuat curang dengan mencampurkan air kedalam susu”, sang anak menjawab dengan nada penuh sayang kepada ibunya.

“Putriku, banyak orang melakukannya, lagi pula tidak ada orang yang tahu, termasuk Umar bin Khattab”, sang ibu mencoba membujuk putrinya.

“Ibu, meskipun tidak ada yang melihat perbuatan kita, tapi Allah Swt. Pasti mengetahui.”

Dari luar Umar bin Khattab tersenyum dan berkata dalam hatinya, “Sungguh luar biasa kejujuran anak perempuan ini.”

Khalifah Umar bin Khattab segera pulang dan memanggil putranya, Ashim bin Umar,

“Anakku, menikahlah dengan gadis itu, sungguh ia seorang yang jujur, ia hanya takut kepada Allah Swt, bukan kepada manusia.”

Beberapa hari kemudian, Ashim bin Umar melamar gadis jujur itu.

“Wahai putra Amirul Mukminin, tidaklah pantas Tuan ‘menikahi gadis miskin seperti putriku”, kata sang ibu.

“Sesungguhnya kemuliaan seseorang tergantung dari ketaqwaannya kepada Allah Swt.” jawab Ashim bin Umar.

Dari pernikahan antara Ashim dengan gadis tersebut, lahirlah Laila yang kemudian masyhur dengan sebutan Ummi Ashim.

Ketika sudah dewasa, Ummi Ashim dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Mesir pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

Dari pernikahan ini, lahirlah Umar bin Abdul Aziz, yang kelak menjadi seorang khalifah.

Umar bin Abdul Aziz terkenal sebagai khalifah yang sangat adil dan bijaksana. Sumber: diolah dari berbagai sumber.

Dari cerita di atas, kejujuran memanglah membawa pada kebaikan.

Sudah sepatunya, sebagai seorang muslim, kejujuran selalu di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, bagaimana cara menerapkan perilaku jujur?

1. Tanamkan sikap jujur sejak masih kecil

2. Niatkan sikap jujur karena Allah

3. Biasakan dari hal-hal sederhana

4. Selalu mengingat bahwa Allah Maha Mengetahui

5. Menyadari bahwa kejujuran membawa kebaikan baik bagi diri aku pun sekitar

6. Selalu berani mengungkap kebenaran meski pahit

Selain dari cara-cara di atas, terdapat cara-cara lain yang bisa di lakukan.

eski tak mudah menjadi orang yang jujur, tetapi mengingat bahwa kejujuran adalah harta mahal yang menyadarkan bahwa kejujuran harus di miliki dalam diri seorang muslim. []

Khalila Eka Syahrani

Khalila Eka Syahrani, bisa di panggil Khalila. Sedang bersekolah di bangku SMA. Sangat suka menulis dan masih belajar supaya tulisannya terus meningkat jadi baik. Bisa disapa melalui akun Instagram @khalila_syahrani

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *