Kisah Singa Rasulullah, Hamzah bin ‘Abdul Muththalib
HIDAYATUNA.COM – Hamzah bin `Abdul Muththalib bin Hâsyim bin Abdu Manâf al-Qurasyi al-Hâsyimi Abu Ammârah Radhiyallahu anhu adalah paman dari Rasulullah saw sekaligus saudara sepersusuannya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hamzah bin `Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu adalah saudara sepersusuanku [HR. Muslim]
Dia singa Allah, singa Rasulullah dan tokoh para syahid seperti yang pernah dikatakan Rasulullah saw. Dia perutusan Rasulullah saw kepada Khuwailid bin Asad ketika beliau meminang Khadijah binti Khuwailid r.a. Dia juga seorang komandan pasukan pertama islam yang dikirimkan Rasulullah saw. Untuk memerangi gerombolan pembengkang Quraisy.
Bukan hanya sekedar mengatakan dirinya adalah singa Allah, tapi Hamzah benar-benar menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat pemberani dan tidak pernah takut dalam membela Islam.
Hamzah bin `Abdul Muththalib dengan gelar Asadullah, Asadu Rasulillah dan Sayyid al-Syuhada adalah paman Nabi saw dan merupakan salah seorang syahid perang Uhud. Hamzah adalah pendukung utama dakwah Nabi, bahkan diriwayatkan meskipun ia belum masuk Islam, ia selalu menjaga Nabi saw dari gangguan kaum Musyrikin. Ia termasuk pembesar dan tokoh suku Quraisy. Oleh karena itu, setelah Hamzah masuk Islam, gangguan kepada Nabi Muhammad saw yang dilancarkan oleh kaum musyrikin semakin berkurang.
Ia lahir disebuah rumah yang ada disekitar Ka’bah dan dibesarkan dibukit serta lembah Mekah yang terbentang sepanjang mata memandang, ia mulai membuka matanya yang bergelut dengan kehidupannya.
Dia bersama rekan-rekan anak kota Mekah, bermain dilembah bukit sambil kejar-kejaran, naik turun bukit dan berlomba main panah membidik sasarannya. Sesudah tubuhnya kuat, kekar dan mejelang dewasa, lembah kota Mekah terasa sempit sekali untuk hamzah. Setiap hari ia keluar kota untuk menyelusuri lembah-lembah yang lebar, mendaki gunung yang tinggi, memburu burung, kelinci dan lain-lain.
Apabila sang surya kembali, ia pun kembali ke Mekah membawa hasil buruanya ke rumah. Sebelum kembali ke rumahnya, ia lebih dulu mampir di Ka’bah untuk melakukan thawaf.
Ia berada di syi’bi Abi Thalib bersama kaum muslimin dan turut hadir dalam perang Badar dan perang Uhud. Pada tahun 3 Hijriah ia gugur sebagai syahid di perang Uhud.
Sa`d bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu mengatakan: “Dahulu Hamzah bin `Abdul Muththalib Radhiyallahu anhu ikut serta dalam perang Uhud; dan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mengatakan: “Aku adalah singa Allah Azza wa Jalla”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda: “Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya Hamzah bin `Abdul Muththalib telah ditulis di langit ke tujuh bahwa dia adalah singa Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya”.
Sebelum sampai di Ka’bah, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud’an At-Taimi menghampirinya seraya berkata,”Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya.”
Usai mendengarkan panjang lebar peristiwa yang dialami oleh keponakannya, Hamzah terdiam sambil menundukkan kepalanya sejenak. Ia kemudian membawa busur dan anak panahnya, kemudian bergegas menuju Ka’bah dan berharap dapat bertemu Abu Jahal di sana.
Sampai di Ka’bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang-bincang. Dengan tenang Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya dan dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur. Darah segar mengucur deras dari dahinya.
“Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!” bentak Hamzah kepada Abu Jahal.
Dalam beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar Ka’bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi pengikut Muhammad.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya berkata,”Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-kata yang tidak pantas.”
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat. Ia adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama Rasulullah SAW dan ikut dalam perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menyebutnya “Sayidus Syuhada” (Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada).
Ketika sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya dan membawanya berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya.
Sementara itu, Abu Jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Oleh sebab itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rasulullah dan pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum Muslimin lainnya.
Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama Islam lebih mendalam. Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan dakwah Islam.
Pada Perang Badar, Rasulullah menunjuk Hamzah sebagai salah seorang komandan perang. Ia dan Ali bin Abi Thalib menunjukkan keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama Islam. Akhirnya, kaum Muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang.
Kaum kafir Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas. Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum Muslimin. Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Seorang budak bernama Washyi bin Harb diperintahkan oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk membunuh Hamzah. Wahsyi dijanjikan akan dimerdekakan dan mendapat imbalan yang besar pula jika berhasil menunaikan tugasnya.
Akhirnya, setelah terus-menerus mengintai Hamzah, Wahsyi melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Tak lama kemudian, Hamzah wafat sebai syahid.
Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benak beliau bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Hamzah dan mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata,”Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”
Setelah itu, Rasulullah dan kaum Muslimin menyalatkan jenazah Hamzah dan para syuhada lainnya satu per satu.
Ibnu Atsir dalam kitab Usud Al-Ghabah, mengatakan dalam Perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat ia tergelincir sehingga terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya. Namun Hindun memuntahkannya kembali karena bisa menelannya.
Ketika Rasulullah melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS An-Nahl: 126)
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq Sirah-nya, bahwa Ummayyah bin Khalaf bertanya pada
Abdurahman bin Auf, “Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?”
“Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib,” jawab Abdurrahman bin Auf.
“Dialah yang membuat kekalahan kepada kami,” ujar Khalaf.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang dua bilah pedang.
Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah SAW melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis.
Hamzah bin Abdul Muthalib wafat pada saat perang Uhud. Kematian Hamzah merupakan salah satu musibah dan kesedihan terbesar bagi umat Islam. Ia wafat akibat tombak yang dilemparkan oleh Wahsyi, budak Jubair yang ingin membalaskan dendam pamannya, Thu’aimah bin Adiy.
Sungguh Hamzah adalah salah satu yang dijamin masuk surga karena keberaniannya dalam membela Islam.
Rusulullah bersabda,
“Tidak akan ada lagi orang yang mengalami sepertimu, wahai Hamzah. Aku belum pernah mengalami kondisi sesedih ini. Jibril datang dan memberitahu bahwa nama Hamzah termaktub di penghuni langit yang tujuh dengan nama Hamzah bin Abdul Muthalib, Asad Alloh (singa Alloh) dan Asad Rosulih (singa Rosul-Nya).”
– Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-quran, Dr. Abdurrhaman Umairah
– Kisah singa rasulullah, Dalamislam.com
– Hamzah bin Abdul muthalib, pemimpin para syuhada, republika.co.id