Kisah Raja Lalim yang Stroke Akibat Doa Siti Sarah
HIDAYATUNA.COM – Bicara tentang kisah para nabi seolah tak ada bosannya. Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah para nabi untuk dijadikan uswah dalam kehidupan kita. Di antaranya kisah Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim.
Menurut keterangan dari al-Sa’di, siti Sarah adalah perempuan dengan postur tubuh yang ideal. Cantiknya tak terkira sehingga dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim sering menaruh istrinya ke dalam peti, agar tidak terjadi fitnah.
Imam Ibnu Kasir dalam Qashas al-Anbiya’ dan imam al-Munzhiri dalam Mukhtashar Shahih Muslim mengisahkan cerita Nabi Ibrahim bersama istrinya ketika hijrah ke Mesir.
Suatu ketika, Nabi Ibrahim hijrah ke Mesir bersama Siti Sarah yang waktu itu dipimpin oleh seorang raja yang lalim bernama Tutis. Raja ini terkenal suka mengambil paksa istri orang yang cantik.
Alkisah, malam itu, Nabi Ibrahim menaruh istrinya ke dalam peti dengan maksud menyembunyikannya dari sang saja yang lalim itu. Ketika Nabi Ibrahim lewat di depan para penjaga istana, beliau diberhentikan.
Lalu beliau diminta untuk membuka peti yang dibawanya. Beliau pun membuka peti itu, dan begitu melihat ada perempuan cantik di dalamnya, mereka berdua dibawa untuk menghadap sang raja.
***
Mulailah Nabi Ibrahim diinterogasi, “Siapa wanita yang bersamamu itu?” Nabi Ibrahim menjawab, “Dia saudariku.”
Kemudian Nabi Ibrahim menemui istrinya dan berpesan, “Jika nanti kamu dipanggil oleh raja itu, kamu jangan berbohong. Aku telah memberitahunya kalau kamu adalah saudara perempuanku. Demi Allah, tak ada seorang mukmin pun di bumi ini kecuali aku dan kamu.”
Benar dugaan Nabi Ibrahim. Sarah dipanggil oleh raja lalim itu. Ketika Sarah masuk ke istana, raja itu segera berdiri lalu mendekatinya. Namun Sarah segera meminta izin untuk berwudhu lalu salat dua rakaat. Raja pun mengizinkannya.
Usai salat, Sarah berdo’a, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan aku menjaga kehormatanku selain kepada suamiku, maka janganlah engkau berikan kekuasaan kepada orang kafir ini.”
Kemudian Sarah menghadap raja itu kembali dan peristiwa aneh terjadi. Setiap kali raja ingin memegang tangan Sarah, tangannya tak dapat digerakkan (stroke).
Sang raja bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan kepadaku?” Sarah menjawab bahwa ia berdoa kepada Tuhannya.
Raja lalim itu meminta kepada Sarah untuk berdoa kepada Tuhannya agar tangannya yang stroke bisa disembuhkan. Maka dengan izin Allah, tangan raja itu kembali sembuh. Namun tetap saja dia berusaha ingin menyentuh Sarah.
Kemudian Sarah berdo’a lagi kepada Tuhannya. Raja itu pun terkena stroke yang kedua kalinya, bahkan lebih parah dari yang sebelumnya.
***
Kemudian ia bertanya lagi sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Sarah menjawab, “Aku berdo’a kepada Tuhanku agar dihindarkan dari keburukanmu.”
Raja itu meminta Sarah kembali untuk berdoa agar tanganya disembuhkan. Maka Sarah pun berdoa kembali memohon kepada Tuhannya agar tangan raja itu disembuhkan.
Namun tetap saja raja lalim itu tidak kapok. Ia tetap saja ingin menyentuh Sarah. Namun kali ini bukan hanya tangannya yang stroke. Seluruh tubuh raja lalim itu kaku karena terserang stroke parah, kecuali wajahnya dan akhirnya raja itu pun kapok dan tidak mengulanginya lagi.
Lalu raja ia berkata kepada para pengawalnya, “Demi Tuhan, kalian membawa Setan kepadaku. Kembalikan dia kepada Ibrahim dan berikan Hajar kepadanya!”
***
Riwayat lain mengatakan bahwa raja seperti orang sekarat dengan mengeluarkan suara seperti orang mendengkur dan kakinya dipukul-pukulkan ke tanah.
Setelah itu, Nabi Ibrahim kembali ke Palestina dan menetap di sana bersama istrinya, Siti Sarah dan budak perempuannya, Hajar. Waktu berlalu, hingga akhirnya Hajar hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang diberinama Ismail.
Siti Sarah pun diliputi rasa cemburu. Beliau tidak mau tinggal satu rumah dengan Hajar dan bayinya. Imam al-Sa’labi mengisahkan bahwa kemudian Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar membawa istri keduanya, ke Mekkah.
Sedangkan Siti Sarah tetap tinggal di Palestina. Ia tetap saja masih belum dikarunia anak. Padahal saat itu beliau sudah berusia 90 tahun, sedangkan Nabi Ibrahim sendiri berumur 120 tahun.
Namun siapa yang dapat menolak takdir. Jika Allah berkehendak, tak satu pun dari hamba-Nya mampu menghindarinya.
Demikian juga yang terjadi dengan Siti Sarah. Tepat diusianya yang sudah lanjut yaitu 90 tahun, beliau dikaruniai seorang bayi laki-laki yang diberinama Ishaq. Kabar gembira ini diabadikan Allah dalam al-Qur’an surah al-Shaffat ayat 112-113 dan surah Hud ayat 69.