Kisah Perlawanan Syekh Nawawi Al-Bantani Terhadap Belanda
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, atau Syekh Nawawi Al-Bantani dikenal sebagai ulama kelas dunia yang memiliki khazanah keilmuan yang luas serta dikenal sebagai ulama yang produktif dalam menghasilkan karya.
Dari tangan beliau, lahir karya-karya penting yang menjadi rujukan keilmuan dunia. Antara lain, kitab Tafsir Al-Munir yang fenomenal, Kitab Ats-Tsamar Ay-Yani’ah Syarah Ar-Riyadl Al-Badi’ah, Al-‘Aqd As-Samin Syarah Fath Al-Mubîn Sullam Al-Munâjah Syarah Safînah As-Shalâh, dan sebagainya.
Namun, dibalik kecerdasan dan kealiman Syekh Nawawi Al-Bantani, beliau juga dengan tegas menentang segala penjajahan di bumi pertiwi. Salah satunya pada masa penjajahan kolonial Belanda.
Hal itu dikisahkan dalam sebuah buku yang berjudul ‘Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani’ yang ditulis Syamsul Munir Amin.
Syekh Nawawi bersikap tegas terhadap penjajah Belanda. Banyak dari ceramah-ceramahnya menggelorakan semangat perjuangan dan mengutuk kolonial Belanda.
Akibatnya, pemerintah Belanda dan banyak pejabat lokal yang bekerja kepada kolonial amat membenci Syekh Nawawi. Sepak terjang Syekh Nawawi kian diawasi karena ceramahnya dianggap bisa memobilisasi massa.
Selain itu, Syekh Nawawi juga muak dengan sikap priyayi lokal yang tunduk kepada penjajah dan melakukan praktek korupsi, serta suap-menyuap.
Lantaran itulah, Syekh Nawawi merasa tidak betah tinggal di tanah air dan kembali ke Makkah untuk menuntut ilmu lagi.
Diceritakan juga bahwa proses menuntut ilmu Syekh Nawawi amat panjang, sekitar 1830-1860. Dalam rentang tahun itu, beliau juga belajar ilmu tasawuf dari Syekh Ahmad Khatib Sambas dan Syekh Abdul Gani Bima.