Kisah Orang Majusi yang Khusnul Khatimah di Akhir Hayatnya

 Kisah Orang Majusi yang Khusnul Khatimah di Akhir Hayatnya

Khazanah Penyair Palestina: Hiba Abu Nada (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dalam buku Sketsa Al-Qur’an; Tempat, Tokoh, Nama, dan Istilah dalam Al-Qur’an yang disusun oleh Ishom El Saha dan Saiful Hadi dijelaskan bahwa Majusi merupakan salah satu agama Persia Kuno, yakni agama yang dianut oleh bangsa Persia pra-Islam yang lahir pada tahun 5000 SM.

Majusi merupakan sebuah agama Persia kuno yang menganggap api sebagai unsur yang mulia sekaligus suci. Oleh sebab itu, kaum Majusi menyembah api sebagai simbol dari manifestasi Tuhan.

Istilah Majusi disebutkan dalam Q.S. Al-Hajj ayat 17:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالصَّابِـِٕيْنَ وَالنَّصٰرٰى وَالْمَجُوْسَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا ۖاِنَّ اللّٰهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabiin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan kepada mereka di hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S. Al-Hajj ayat 17)

Ibnu Katsir (Abu al-Fida’ ‘Imad ad-Din Isma’il bin Umar bin Katsir bin Dhau’ bin Katsir Zara’ Al-Qurasy As-Syafi’i) dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim atau yang biasa disebut sebagai Kitab Tafsir Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah Swt. menyebutkan para pemeluk agama yang berbeda-beda, yang terdiri atas orang-orang mukmin dan orang-orang selain mereka dari kalangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Shabiin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah.

Maka sesungguhnya Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat dengan adil. Dia akan memasukkan orang yang beriman kepada-Nya ke dalam surga, dan akan memasukkan orang yang kafir kepada-Nya ke dalam neraka.

Karena sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan semua perbuatan mereka, Allah Maha Mencatat ucapan mereka, serta Maha Me­ngetahui semua rahasia dan apa yang tersimpan di dalam hati mereka.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menafsirkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, kaum Yahudi yang merupakan pengikut Nabi Musa a.s., penyembah bintang dan malaikat, kaum Nasrani yang merupakan pengikut Nabi Isa a.s., kaum Majusi yang menyembah api, dan kaum musyrik penyembah berhala, permasalahan mereka akan benar-benar diputuskan oleh Allah dengan memperlihatkan siapa saja yang benar dan siapa saja yang salah.

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, mengetahui perbuatan hamba-Nya dan akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan itu.

Dalam beberapa penafsiran di atas, dapat diketahui bahwa kaum Yahudi, Shabiin, Nasrani, Majusi, dan orang-orang musyrik merupakan orang-orang yang menyembah selain Allah.

Namun, balasan yang akan diterima oleh kaum-kaum tersebut pada hari akhir tentu hanya Allah yang tahu karena Allah Maha Mengetahui segala amal perbuatan manusia, termasuk kaum-kaum yang sudah Dia sebutkan dalam Q.S. Al-Hajj ayat 17 tersebut.

Allah berhak memberikan karunia kepada orang yang dikehendaki-Nya, seperti dalam sebuah kisah orang Majusi yang wafat dengan dimuliakan Allah.

Seorang Majusi yang Menghormati Orang Berpuasa

Ada sebuah hikayat yang sarat akan hikmah dalam Kitab Nuzhatul Majalis wa Muntakhab an-Nafais karya Syaikh Abdurrahman as-Shofuri as-Syafi’i. Dikisahkan dalam kitab tersebut:

Saya melihat orang Majusi yang mana orang Majusi tersebut melihat anaknya sedang makan di hadapan orang Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan.

Lalu orang Majusi tersebut menarik anaknya dan memukulnya, kemudian ia berkata kepada anaknya, “Mengapa engkau tidak menghormati orang Islam yang sedang berpuasa?”

Syahdan, orang Majusi tersebut wafat dalam pekan itu, setelah ia memberi peringatan kepada anaknya untuk menghormati Muslim yang sedang berpuasa.

Lalu seorang ulama yang tinggal dalam satu desa dengan orang Majusi tersebut bermimpi bertemu dengan orang Majusi yang sudah meninggal.

Ulama tersebut dalam mimpinya melihat orang Majusi berada di surga dengan dikelilingi nikmat surga.

Lantas ulama tersebut bertanya pada orang itu, “Wahai, Fulan, bukankah engkau adalah seorang Majusi?”

Orang Majusi tersebut menjawab,

“Iya betul, saya adalah orang Majusi, tetapi ketika saya sudah mendekati ajal, Allah memuliakan saya dengan memasukkan ke dalam Islam karena saya menghormati (memuliakan) bulan Ramadhan. Oleh karena itu, saya berada di surga.”

Demikian sebuah kisah yang sebenarnya sederhana namun menyiratkan makna mendalam.

Betapa Allah melimpahkan banyak rahmat, anugerah, dan karunia-Nya dalam Bulan Ramadhan, bahkan Dia memberikan hikmah-Nya kepada orang Majusi, sang penyembah api yang memuliakan Bulan Ramadhan dan menghormati hak-hak muslim yang sedang berpuasa.

Orang Majusi yang selama hidupnya menyembah selain Allah, namun di akhir hayatnya wafat dalam keadaan husnul khatimah menunjukkan sifat Rahman dan Rahim-Nya Allah.

Dia menjadikan Bulan Ramadhan sebagai bulan yang sangat mulia, bahkan segala perbuatan (tidak tercela) pun dinilai sebagai ibadah.

Seorang penyembah api yang memuliakan Bulan Ramadhan pun akan dimuliakan juga oleh Allah, apalagi jika Muslim memiliki kesadaran untuk memuliakan Bulan Ramadhan.

Seberapa besar ganjarannya? Tiada ganjaran puasa melainkan Allah sendiri yang akan memberikan balasan-Nya. Wallahu a’lam. []

Toifah Faqoth

Penulis yang biasa disapa Toifah, dari Yayasan Mata Air Hikmah Yogyakarta. Dapat dihubungi melalui sosial media Instagram: @toifah.faqoth atau Facebook toifah faqoth.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *