Kisah Seorang Mujahid dan Bidadari Bermata Jeli

Sebuah Mimpi Masuk Surga
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kisah ini bercerita ketika pasukan muslimin sedang melakukan serangan ke wilayah Romawi. Dalam pasukan muslimin itu, ada seorang pemuda yang turut berperang.
Ketika beristirahat dalam peperangan, pemuda itu bercerita kepada kawan-kawanya.
“Betapa rindunya aku kepada Bidadari Bermata Jeli,” kata Pemuda itu.
“Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung,” kata kawan-kawannya.
“Wahai saudaraku,” kata salah satu di antaranya kawan-kawannya itu. “Siapa yang engkau maksud dengan bidadari bermata jeli itu?”
“Ketika itu aku sedang tidur,” kata pemuda itu. “Tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku. Dia berkata, “Pergilah engkau menemui bidadari bermata jeli.”
Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih.
Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai- sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.
Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka berkata-kata dengan riang.
Demi Allah, suami bidadari bermata jeli itu telah tiba. “Apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?” kataku.
“Tidak,” kata pelayan cantik itu. “Kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silakan jalan terus!”
Aku pun berjalan maju mengikuti perintahnya. Setelah tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu yang berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan, aku menemukan pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan.
Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika melihatku, mereka berkata-kata riang.
“Demi Allab, telah datang suami bidadari bermata jeli. Assalamu’alaikunna. Apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?” tanyaku.
“Wa’alaikassalam wahai waliyullah,” kata mereka. “Kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli. Silakan jalan terus.”
Aku pun meneruskan langkah. Tiba-tiba aku berada di sebuah sungai khamr yang berada di pinggir lembah.
Di sana terdapat bidadari- bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Sungguh mereka telah melenakan aku.
“Assalamu’alaikunna,” kataku. “Apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?”
“Tidak,” kata mereka. “Kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli. Silakan maju ke depan.”
Aku berjalan maju. Setibanya di sebuah sungai yang mengalirkan madu yang berada di sebuah taman, aku bertemu dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita.
“Assalamu’alaikunna,” kataku. “Apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli.”
“Wahai waliyurrahman,” kata mereka. “Kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita. Silakan maju lagi.”
Kemudian aku melanjutkan perjalanan mengikuti perintahnya. Aku tiba di sebuah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi.
Di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapkan keindahannya.
Begitu bidadari itu melihatku ia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda.
“Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!” kata bidadari itu.
Kemudian aku masuk ke dalam kemah itu. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian.
Begitu aku melihatnya, aku tidak bisa menjelaskan keterpesonaanku padanya.
“Selamat datang waliyurrahman,” kata Bidadari Bermata Jeli. “Telah hampir tiba waktu kita bertemu.”
Aku mendekatinya karena sudah tidak sabar ingin memeluknya.
“Sebentar,” kata Bidadari Bermata Jeli.
“Belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku. InsyaAllah.”
“Seketika itu aku bangun dari tidurku. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Bidadari Bermata Jeli itu,” kata Pemuda itu bercerita panjang lebar.
Belum lagi cerita itu ditutup, pasukan musuh telah mulai menyerang pasukan Muslimin. Mereka semua bergegas mengangkat senjata melakukan peperangan.
Setelah peperangan berakhir, ada sepuluh orang yang tewas dalam peperangan itu. Sembilan jenazah adalah musuh tentara muslimin.
Sementara itu, dari pihak muslimin ada satu orang yang wafat.
Ia adalah pemuda yang bercerita bahwa dia telah bertemu Bidadari Bermata Jeli dalam mimpinya itu.
Ia telah syahid karena memperjuangkan agama Allah subhanahu wa taala. Syahid yang sesungguh-sungguhnya. []