Kisah Mengenai Tiga Orang Pria yang Terjebak di Dalam Gua
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Terdapat suatu kisah mengenai tiga orang pria yang terjebak di dalam gua. Kisah tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Ada tiga orang laki-laki dari suatu kaum sebelum kamu, sedang dalam perjalanan, mereka diterjang badai, maka dari itu mereka berlindung di dalam gua. Sebuah batu tergelincir dari gunung dan menghalangi jalan keluar gua.”
Salah satu dari mereka berkata:
“Satu-satunya cara untuk mendapatkan keselamatan adalah dengan memohon kepada Allah atas nama suatu perbuatan baik.”
Kemudian salah satu dari mereka berdoa,
“Ya Tuhan, kedua orang tuaku sudah sangat tua, dan aku biasa menawari mereka minuman susu setiap malam di hadapan anak-anakku dan anggota keluarga yang lain. Suatu hari aku tersesat jauh untuk mencari pohon-pohon hijau dan baru bisa kembali setelah orang tuaku tertidur.
Ketika aku sudah memerah susu hewan-hewan itu dan membawakan minuman malam untuk mereka. Mereka tertidur pulas, tetapi aku tidak ingin mengganggu mereka, dan tidak mau memberikan sedikit pun susu itu kepada anak-anakku. anak-anakku dan anggota keluargaku yang lain sampai orang tuaku selesai minum.
Jadi, dengan bejana di tangan, aku menunggu mereka bangun hingga fajar menyingsing, sementara anak-anak menangis kelaparan di kakiku.
Ketika mereka bangun, mereka telah minum. Ya Tuhan, jika aku melakukan hal ini hanya untuk mencari kesenangan-Mu, maka bebaskan kami dari kesusahan yang ditimbulkan oleh batu karang ini.”
Setelah itu, batu itu bergerak sedikit tetapi tidak cukup untuk membuat mereka pingsan.
Kemudian laki-laki kedua berdoa:
“Ya Tuhan, aku mempunyai seorang sepupu yang sangat aku cintai melebihi cinta laki-laki mana pun terhadap seorang perempuan.
Aku mencoba merayunya tetapi dia menolak, sampai pada suatu musim yang sangat sulit karena kelaparan, dia mendekat. aku (untuk pertolongan) dan aku memberinya seratus dua puluh dinar dengan syarat dia mau menyetubuhiku.
Dia menyetujuinya, dan ketika kami berkumpul dan aku hendak menyetubuhinya, dia memohon, ‘Takut Ya Allah, dan janganlah kamu membuka segel itu secara haram,’
Lalu aku menjauh darinya, padahal aku sangat menginginkannya; dan aku biarkan dia menyimpan uang yang telah kuberikan padanya.
Ya Tuhan, jika aku melakukan hal ini hanya untuk mencari kesenanganmu, maka pindahkanlah kesusahan yang kami alami.”
Sekali lagi batu itu bergerak sedikit tetapi tidak cukup untuk membuat mereka pingsan.
Kemudian yang ketiga berdoa:
“Ya Tuhan, aku mempekerjakan beberapa pekerja dan membayar iuran mereka, tetapi salah satu dari mereka meninggalkan meninggalkan apa yang menjadi haknya. Aku berinvestasi dalam bisnis dan bisnis itu menjadi makmur.
Setelah beberapa saat, pekerja itu datang. kembali dan berkata: ‘Wahai hamba Allah, serahkan kepadaku upahku.’
Aku berkata kepadanya: ‘Semua yang kamu lihat adalah milikmu; unta, sapi, kambing dan budak.’
Dia berkata: ‘Jangan bercanda denganku, wahai hamba Allah.’ Saya meyakinkannya: ‘Saya tidak bercanda.’
Jadi dia mengambil semuanya tanpa menyisakan apapun. Ya Tuhan, jika aku melakukan ini hanya untuk mencari keridhaan-Mu, bebaskanlah kami dari kesusahan kami.”
Batu itu kemudian menjauh, dan ketiganya keluar dari gua dengan selamat.
Dari kisah dalam hadis ini kita mengetahui salah satu bentuk tawassul yang dibolehkan, yaitu memohon kepada Allah atas amal baik yang telah kamu lakukan di masa lalu.
Perlu diketahui bahwa setiap kali salah seorang laki-laki menyebutkan amal baiknya, ia memberi syarat bahwa Allah akan menilai apakah amal tersebut dilakukan dengan ikhlas.
Karena amal yang dilakukan tanpa keikhlasan tidak akan diterima oleh Allah.
Kita juga mempelajari beberapa amalan mulia, antara lain menjaga orang tua, menjauhi dosa meski di saat-saat terakhir melakukannya, dan berhati-hati dan bijaksana dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada Anda. []