Kisah Madinah dan Rasulullah Saw

 Kisah Madinah dan Rasulullah Saw

Titik Temu dan Titik Pisah Antara Asy’ariyah dan Wahabi-Taymiy (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Begini pesan Imam Nawawi seperti ditulis Syekh Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji. “Hendaknya juga selalu menghadirkan di dalam hati bahwa Rasulullah SAW selalu melewati lorong-lorong dan ganggang kota ini.”

Perkataan Wali Allah yang lain yakni Imam Ghazali sebagai berikut. “Sejak pertama kali pandanganmu menatap Madinah hendaknya membayangkan bahwa inilah kota yang telah dipilih Allah SWT. sebagai tempat tinggal Nabi-Nya. Kemudian beliau SAW berhijrah ke tempat ini. Dan di kota inilah Allah SWT telah menurunkan syariat sucinya dan Rasul SAW telah menjalankan sunnah-sunnahnya,” kata Imam Ghazali.

Imam Ghazali menyarankan hendaknya sesampainya di Madinah jemaah membayangkan juga bahwa Rasulullah SAW telah berjihad memerangi musuh-musuhnya. Dan di kota inilah agama beliau SAW mendapatkan kemenangan sehingga beliau SAW wafat di kota ini dan makamnya berada di kota ini. “Dan disinilah pula kedua menteri beliau dimakamkan,” katanya.

Adab-Adab Memasuki Tanah Madinah

Di kota ini juga, kata Imam Ghazali, telapak kaki Rasulullah SAW menginjak tanah. Untuk itu hendaknya selalu berpikir bahwa tanah yang kita ini mungkin pernah diinjak Rasulullah SAW.

“Oleh karena itu kamu hendaknya kita melangkahkan kaki kita dengan penuh ketenangan dan kewibawaan. Sambil merasa takut bahwa tanah yang kita pijak ini pernah diinjak Rasulullah,” katanya.

Dan ketika berjalan, hendaknya membayangkan cara berjalan Nabi SAW yang telah tercantum dalam hadits. Dan juga selalu memikirkan bahwa Rasulullah SAW telah dimuliakan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT.

“Di mana Allah SWT meletakkan nama beliau saw di sisi nama-Nya dan hendaknya selalu merasa khawatir. Jangan-jangan karena kita tidak beradab, amalan-amalan kita yang lalu menjadi sia-sia,” katanya.

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya mengatakan, apa yang dikatakan Imam Ghazali di atas merujuk pada firman Allah surat al-Hujurat ayat 2:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu meninggikan suara melebihi suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain. Supaya tidak hapus pahala amalmu sedangkan kamu tidak menyadari.”

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *