Kisah Haru Murad IV, Pemimpin Turki Usmani Termuda
HIDAYATUNA.COM – Sultan Murad Ibnu Ahmed atau dikenal dengan nama Sultan Murad IV adalah Sultan Turki Usmani yang memerintah pada tahun 1623-1640 M.
Dalam masa kepemimpinannya Sultan Murad IV terkenal tegas dalam hal memberantas korupsi dan perbuatan munkar. Selain itu ia juga disebut-sebut sebagai pimpinan atau sultan termuda dalam sejarah Islam. Melalui sebuah konspirasi, Sultan Murad IV menggantikan pamannya Mustafa I pada usia 11 tahun.
Di awal pemerintahan Murad IV sempat diwarnai dengan pergolakan karena dalam usianya yang masih sangat muda, tahun pertama kepemimpinanya dikuasai penuh oleh ibundanya yang menimbulkan negara jatuh dalam anarki.
Pada tahun 1631 terjadi pergolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniceri ke istana yang menewaskan wazir agung. Tahun 1632 Murad IV harus menghadapi demonstrasi tersesar dalam kepemimpinannya yang menuntut pengunduran diri perdana menteri Turki Usmani yang menjabat saat itu Hafidz Ahmad Pasha oleh masa yang dipimpin Topal Recep Pasha.
Namun, seiring berjalannya waktu kepemimpinannya berjalan lebih baik. Ia berusaha memberantas praktek korupsi yang berkembang pada masa pemerintahan sebelumnya.
Sultan Murad IV juga diketahui mengubah sejumlah kebijakan seperti membatasi pengeluaran tak berguna, juga melarang miras dan tembakau. Dengan tegas ia memberlakukan hukuman mati bagi pelanggar aturan tersebut.
Tidak hanya tentang kepemimpinan yang dapatkan dalam usia yang sangat muda, Sultan Murad IV memiliki kisah lainnya yang terkenal tentang dirinya dengan seorang Wali yang gemar membeli miras.
Diceritakan pada suatu malam, Sultan pergi dengan pengawalnya dengan menyamar, lalu ia menemukan jasad seorang lelaki yang sudah tak bernyawa di atas tanah. Namun, orang-orang berlalu lalang tanpa mempedulikan jasad itu. Setelah bertanya kepada masyarakat, Sultan diberi tahu bahwa jenazah itu adalah seorang pemabuk dan pezina sehingga tidak ada yang mau mengangkatnya.
Lalu Sultan pun mengajak masyarakat untuk mengantarkan jenazah tersebut ke rumahnya.
Sang istri dari jenazah itu menangis dan berucap pada jenazah suaminya, “ Semoga Allah merahmatimu wahai waliyullah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang seleh.”
Mendengar hal tersebut Sultan menanyakan kepada perempuan tersebut bagaimana mungkin suaminya wali Allah sedangkan masyarakat tahu dia pemabuk dan pezina sehingga jenazahnya tidak ada yang mempedulikan.
Lalu istri dari jenazah lelaki tersebut menjawab, “Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras (khamar), dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawanya ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet.”
Menurut istrinya, pria tersebut juga menemui para pelacur dan membayar mereka agar tidak menjajakan diri setiap malam dengan harapan meringankan dosa para pelacur dan juga para pemuda Islam.
Mendengar cerita itu Sultan Murad IV pun menangis dan mengakui jati dirinya kemudian keesokan harinya pengurusan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh para Sultan,ulama dan seluruh masyarakat.