Kisah dan Pengalaman Hidup Buya Mukhlis, Pengajar Alquran Senior

 Kisah dan Pengalaman Hidup Buya Mukhlis, Pengajar Alquran Senior

Jadikanlah Stimulan untuk Membaca dan Mencari Tahu Lebih Jauh (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Tak kalah penting dari ilmu yang bersumber buku adalah ilmu yang bersumber dari kisah atau pengalaman hidup. Inilah gunanya bermujalasah dengan orang-orang tua.

Tidak hanya tua dari segi usia tapi juga tua dari segi pengalaman. Apalagi dengan sosok yang telah menginfakkan umurnya demi Alquran.

Di sela-sela TC MTQ kafilah Kabupaten Tanah Datar untuk persiapan menghadapi MTQ tingkat Sumatera Barat di Padang Panjang bulan November akan datang, saya berbincang-bincang dengan sosok legendaris MTQ Sumatera Barat.

Hampir tidak ada insan per-MTQ-an yang tidak mengenal beliau. Dari didikan beliau telah banyak lahir para penghafal dan pengajar Alquran yang mengabdikan diri mereka di berbagai wilayah di Sumatera Barat bahkan Indonesia. Beliaulah sosok pengajar Alquran senior yang akrab dipanggil Buya Mukhlis.

Sosok yang Bersahaja

Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat bersahaja. Tidak menjadikan Alquran untuk mencari ketenaran atau mendapatkan keuntungan materi.

Jika diundang menjadi pelatih beliau akan datang. Tapi jika tidak, beliau tak pernah berkecil hati. Padahal sebagian besar pelatih MTQ Sumatera Barat saat ini adalah hasil gemblengan dari ‘tangan dingin’ beliau.

“Orangtua memberi saya nama Mukhlis dengan satu harapan agar anaknya menjadi seorang yang ikhlas. Itulah yang selalu saya usahakan untuk mewujudkannya, di saat sebagian orang yang mengajar Alquran terjebak dalam tafakhur (تفاخر), bukannya tafaqquh (تفقه),” katanya.

Dari pengalaman beliau mengajar Alquran, baik untuk mahasiswa maupun para guru yang sudah menjadi pengajar Alquran, ada satu hal yang sangat beliau prihatinkan.

“Tidak sedikit mereka yang sudah menjadi imam salat dan guru mengaji padahal bacaan mereka masih ‘baserak’. Yang kuliah di jurusan ilmu Alquran pun terkadang juga ‘dipaksa’ atau ‘terpaksa’ untuk segera tamat meskipun sebenarnya kompetensi dan keilmuan mereka tentang Alquran masih jauh dari yang diharapkan. Istilah orang Minang : ‘masak matah’. Buah yang seharusnya belum masak tapi ‘dipaksa’ untuk masak. Ia masak tapi mentah.”

Saya ikut tercenung mendengarkan penuturan beliau yang tenang tapi penuh dengan keprihatinan.

Cara Allah Mengabulkan Doa Pelajar Alquran

Beliau juga menceritakan kisah nyata yang pernah dialaminya. Saat masih muda, di samping sebagai guru mengaji, beliau bekerja serabutan di sawah atau ladang orang. Suatu hari ada seseorang yang menyindir beliau ; seorang qari tapi kerjanya ke sawah atau ladang.

“Cukup perih hati mendengar sindiran itu,” ujar beliau. “Tapi saya tidak mendoakan apa pun terhadap orang itu. Saya hanya berucap, “Fawwadhtu amri ilaika ya Allah…” (Saya serahkan semuanya pada-Mu ya Allah).” Beberapa hari setelah itu kedai orang yang mengejek tersebut terbakar.

Dalam kesempatan yang lain, Buya Mukhlis mendoakan seorang Bapak secara khusus agar dibukakan pintu hatinya ke masjid. Bapak itu sesungguhnya orang baik, hanya saja hatinya belum tergerak datang ke masjid.

Keesokan harinya Buya Mukhlis mendengar langsung anak dari Bapak itu berkata pada ayahnya, “Yah, kapan kita ke masjid?” Ternyata begitu cara Allah mengabulkan doa seorang pengajar Alquran. Begitu juga cara Allah membukakan pintu hidayah pada seorang ayah yaitu melalui anaknya.

Pesan Buya Mukhlis Untuk Pelajar dan Pengajar Alquran

Ada pesan berharga Buya Mukhlis untuk pelajar dan pengajar Alquran. Orang yang berinteraksi dengan Alquran mesti memiliki tiga ‘sebenar’, yaitu :

حق تلاوته

Sebenar membaca

حق جهاده

Sebenar berjihad

حق تقاته

Sebenar bertaqwa.

Semoga Buya Mukhlis dan segenap guru serta pengajar Alquran senantiasa diberkahi dan dirahmati Allah Swt serta menjadi teladan terbaik bagi generasi sekarang dan akan datang, Amiin.

اللهم شفع فينا القرآن واجعله ربيع قلوبنا وجلاء أحزاننا وذهاب همومنا وغمومنا ، اللهم آمين

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *