Kiai Miftahul Akhyar: Santri Harus Memiliki Keseimbangan Ilmu
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengatakan bahwa seorang santri yang sesungguhnya adalah mereka yang menyeimbangkan antara ilmu umum dengan ilmu spiritual.
“Orang yang memiliki kecerdasan otak dan spiritual, itulah santri yang sebenarnya. Jika tidak diimbangi, ia sekedar cendekiawan,” kata Kiai Miftahul, dikutip dari NU Online, Senin (01/11).
Dalam al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia dituntut untuk pintar dengan membaca. Namun kepandaian di bidang ilmu umum harus diimbangi dengan ilmu agama.
“Iqra, bacalah semua peristiwa. Artinya, jadilah manusia yang menggunakan kemampuan tanpa batas. Bila perlu, raihlah gelar dari manca negara. Tapi jangan lupa kemampuan itu didampingi oleh spiritualitas,” jelasnya.
Dikatakannya, santri memiliki orientasi masa depan untuk akhirat kelak. Maka dari itu, ia mengajak semua individu agar mempersiapkan generasi-generasi yang memiliki kekuatan spiritual dan intelegensi.
“Jika ditarik pada nilai kesantrian, masa depan akhirat wajib menjadi landasan dan komposisi kehidupan. Mulai sekarang kita persiapkan agar melahirkan generasi yang memiliki spiritual dan intelegensi yang kuat,” pintanya
Pesantren salah satu tempat untuk menempa seseorang untuk menjadi lebih baik. Keberadaan pesantren Indonesia merupakan hal untuk menjaga tradisi.
“Kehidupannya dihabiskan untuk menggali ilmu agama dan memakmurkan masjid Nabawi. Kini perilaku itu ada di pesantren Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Kiai Miftahul salah satu tradisi pesantren yang sangat kuat adalah mengaji. Mengaji menjadi salah satu kegiatan untuk menjaga sanad keilmuan ulama sampai Rasulullah Saw. []