Khilafiyah Mengenai Qunut Subuh
HIDAYATUNA.COM – Baik pihak yang mengamalkan atau yang tidak suka dengan Qunut Subuh selalu mencari pembenaran. Bagi pengamal Qunut akan terus mencari dalil dan pendapat yang menguatkan dalil Qunut.
Sementara bagi yang kontra tak henti-hentinya memerangi bidah versi mereka seperti layaknya nahi mungkar.
Sama sekali tidak mencerminkan bijaknya Syekh Bin Baz, Mufti Arab Saudi:
Sementara bagi yang kontra tak henti-hentinya memerangi bidah versi mereka seperti layaknya nahi mungkar. Sama sekali tidak mencerminkannya Syekh Bin Baz, Mufti Arab Saudi:
ﻭﺑﺎﻟﺠﻤﻠﺔ ﻓﺘﺨﺼﻴﺺ ﺻﻼﺓ اﻟﺼﺒﺢ بالقنوت ﻣﻦ اﻟﻤﺴﺎﺋﻞ اﻟﺨﻼﻓﻴﺔ اﻻﺟﺘﻬﺎﺩﻳﺔ، ﻓﻤﻦ ﺻﻠﻰ ﻭﺭاء ﺇﻣﺎﻡ ﻳﻘﻨﺖ ﻓﻲ اﻟﺼﺒﺢ ﺧﺎﺻﺔ ﻗﺒﻞ اﻟﺮﻛﻮﻉ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﺎﺑﻌﻪ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ اﻟﺮاﺟﺢ اﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻓﻲ القنوت ﺑﺎﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻮاﺯﻝ ﻓﻘﻂ.
“Secara umum, menentukan salat Subuh dengan Qunut adalah masalah khilafiyah dalam ijtihad. Jika ada yang salat di belakang makmum yang Qunut Subuh baik sebelum Ruku’ (Malikiyah) atau sesudah Ruku’ (Syafi’iyah) maka baginya mengikuti imamnya. Meskipun pendapat yang kuat hanya melakukan Qunut saat ada musibah saja.” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 3/45)
Penilaian hadis antara sahih atau daif adalah ijtihadiyah. Ada ulama Syafi’iyah yang menilai daif tapi banyak yang menilai Sahih.
Namun apakah benar hanya Mazhab Syafi’i yang menilai Sahih? Tidak betul. Berikut data-datanya:
Pendapat Ulama Malikiyah
وَثَبَتَ قُنُوْتُهُ فِى الصُّبْحِ، وَصَحَّ الْخَبَرُ عَنْهُ أَنَّهُ لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِى صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا، حَدَّثَنَاهُ عَمْرُو بْنُ عَلِىٍّ قَالَ: أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ زَيْدِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُوْ جَعْفَرِ الرَّازِى عَنِ الرَّبِيْعِ قَالَ: « سُئِلَ أَنَسٌ عَنْ قُنُوْتِ النَّبِى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَنَّهُ قَنَّتَ شَهْرًا قَالَ: لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، حَتَّى مَاتَ » ، حَدِيْثُ أَبِى مَالِكٍ صَحِيْحٌ عِنْدَنَا أَيْضًا (شرح ابن بطال – ج 4 / ص 210)
“Qunut dalam Subuh adalah sahih. Sebuah hadis sahih menyatakan bahwa Nabi selalu Qunut hingga wafat. Telah bercerita kepada kami Amr bin Ali, ia bercerita bahwa Khalid bin Zaid bercerita kepada kami, ia berkata bahwa Abu Ja’far ar-Razi bercerita kepada kami dari Rabi’:
“Anas ditanya tentang Qunutnya Nabi Saw bahwa beliau Qunut selama sebulan. Anas menjawab: Nabi selalu membaca Qunut hingga wafat” Hadis Abu Malik adalah sahih menurut kami.” (Syarah al-Bukhari, karya Ibnu Baththal, 4/210)
Pendapat Syekh Arnauth Dari Salafi
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : ” أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِى الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا ” ( الأذكار 48/1 ) قال الإمام النووى فى ” الأذكار ” 1 / 48 : قال الحاكم : حديث صحيح (روضة المحدثين – ج 10 / ص 179) تعقيب : قال عبد القادر الأرناؤوط 1 / 48 : و أخرجه الحاكم أيضا فى كتاب القنوت . وَقَالَ عَبْدُ الْقَادِرِ اْلأَرْنَاؤُوْطُ 1 / 48 : أَيْضًا صَحَّحَهُ الْحَاكِمُ عَلَى طَرِيْقَتِهِ فِى تَصْحِيْحِ مَا هُوَ حَسَنٌ عِنْدَ غَيْرِهِ ، فَالصَّوَابُ أَنَّ الْحَدِيْثَ حَسَنٌ .
Artinya:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw selalu membaca doa Qunut dalam salat Subuh hingga wafat” (al-Adzkar 1/48 Imam an-Nawawi berkata bahwa al-Hakim menyatakan hadis ini sahih).
Abdul Qadir al-Arnauth berkata: Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam kitab al-Qunut. Ia berkata:
“al-Hakim menilainya sahih. Sesuai metodenya menilai sahih sebuah hadis yang menurut ulama lainnya adalah hasan. Maka yang benar hadis tersebut (Qunut riwayat Anas) adalah hasan”
Abdul Qadir al-Arnauth berkata: Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam kitab al-Qunut. Ia berkata: “al-Hakim menilainya shahih.
Sesuai metodenya menilai sahih sebuah hadis yang menurut ulama lainnya adalah hasan. Maka yang benar-benar hadis tersebut (Qunut riwayat Anas) adalah hasan.”
Pendapat Syekh Albani
Hadis yang disampaikan oleh Imam As-Suyuthi di kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir dijadikan dalil Qunut oleh ulama Mazhab Syafi’i:
( كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ في صَلَاةِ الصُّبْحِ فِي آخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ ) قال النووي فِيْهِ أَنَّ الْقُنُوْتَ سُنَّةٌ فِي الصُّبْحِ مَأْثُوْرَةٌ وَأَنَّهُ كَانَ يُدَاوِمُ عَلَيْهِ لِاقْتِضَاءِ كَانَ لِلتَّكْرَارِ ( محمد بن نصر عن أبي هريرة ) بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى – ج 2 / ص 490)
“Hadis: (Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari rukuk dalam salat Subuh di rakaat yag terakhir, maka membaca doa Qunut). An-Nawawi:
Hadis ini menunjukkan bahwa Qunut adalah sunah dalam salat Subuh, berdasarkan riwayat dari Nabi dan Nabi selalu melakukannya. Sebab redaksi hadis yang berbunyi ‘كان’ maknanya adalah berulang-ulang (HR Muhammad bin Nashr dari Abu Hurairah) dengan sanad yang hasan.” (at-Taisir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir 2/490)
Hampir semua jalur sanad hadis Qunut dinilai daif oleh Syekh Albani, kecuali hadis ini! Silahkan cek di kitab Sahih Al-Jami’:
تحقيق الألباني ( صحيح ) انظر حديث رقم : 4730 في صحيح الجامع .
Kok bisa menilai Sahih padahal di kitab Silsilah Dhaifah beliau mengatakan Daif? Ya jangan tanya ke saya.
Monggo yang Qunut tetap Qunut. Anda yang tidak Qunut juga boleh.
Memang kita akui ada beberapa pengikut Mazhab Syafi’i yang sengaja meninggalkan Qunut. Yaitu mereka yang salat Subuhnya jam 7 pagi. Supaya terlihat melakukan Salat Dhuha.
Anda yang tidak Qunut juga boleh. Memang kita akui ada beberapa pengikut Mazhab Syafi’i yang sengaja meninggalkan Qunut, yaitu mereka yang salat Subuhnya jam 7 pagi. Supaya terlihat melakukan Salat Dhuha.