Khazanah Penyair Palestina: Mahmoud Darwish

Mahmoud Darwish (Istimewa)
HIDAYATUNA.COM – Perjuangan Palestina tidak hanya dijalankan melalui diplomasi dan perang bersenjata semata. Penyair merupakan salah satu pihak paling berpengaruh dalam propaganda gagasan dan menyuarakan pemikiran. Kali ini, kita akan membahas salah satu penyair paling berpengaruh dalam sepak terjang perjuangan kemerdekaan Palestina, yaitu Mahmoud Darwish.
Siapa yang tidak mengenal sosok Mahmoud Darwish. Konsistensinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina tidak hanya dilihat dari mayoritas karya-karyanya yang menyuarakan aspirasi rakyat Palestina. Lebih dari itu, Darwish juga aktif dalam beberapa usaha diplomatis mengenai usaha pembebasan Palestina.
Biografi Mahmoud Darwish
Mahmoud Darwish adalah seorang penyair yang dilahirkan di Al-Birwa, sebuah desa di bagian timur Palestina, pada tanggal 13 Maret 1942. Pada saat ia lahir, negara Israel belum dideklarasikan. Ayahnya merupakan seorang petani yang cukup sukses dan ibunya merupakan putri dari seorang pemimpin kabilah dari kota Al-Damun Palestina.
Darwish merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Semasa kecil, kakeknya sering mengajarkan beberapa ilmu pengetahuan dan pengajaran sehingga berdampak pada pemikiran kritis yang dimiliki oleh Darwish. Pada tahun 1948 terjadi perang Arab-Israel bagian pertama.
Pendudukan tentara Israel terhadap wilayah-wilayah Palestina menyebabkan gelombang pengungsian yang besar. Jutaan rakyat Palestina mengungsi ke berbagai wilayah di dunia untuk mencari perlindungan dan tempat hidup baru. Kekuasaan Israel telah berdiri dan setiap orang yang tinggal disana harus patuh dan taat pada hukum pemerintah Israel.
Pada tahun 1970, Darwish memutuskan untuk pergi melakukan ekspedisi ke Moskow dan kemudian pergi ke Kairo. Ia tidak pernah kembali ke kampung halamannya lagi karena ia memutuskan untuk menetap di Beirut, Lebanon dan konsen memulai karirnya sebagai salah satu tokoh yang berjuang menyuarakan isu-isu kemerdekaan Palestina.
Dalam perkembangannya, Darwish bergabung bersama para pejuang pro kemerdekaan Palestina lain ke dalam organisasi pembebasan Palestina atau PLO (Palestinian Liberation Organization). Dia menjadi anggota executive committee PLO dan menulis manifesto deklarasi kemerdekaan yang dikeluarkan oleh Dewan Nasional Palestina pada tahun 1988.
Darwish mengundurkan diri dari PLO pada tahun 1993 untuk memprotes penandatanganan Kesepakatan Oslo oleh presiden PLO. Yaser Arafat. Pada tahun 1995, ia kembali ke Palestina dan diijinkan menetap disana oleh pemerintah Israel. Hingga dipenghujung karirnya ia lebih banyak menulis karya-karya sastra dan karya ilmiah mengenai isu-isu Palestina.
Pada awal tahun 2000, Darwish memutuskan untuk pergi dan menetap di Amerika Serikat hingga akhir hayatnya. Menurut beberapa orang terdekat, Darwish memiliki riwayat penyakit jantung. Hingga pada akhirnya ia dinyatakan meninggal di Texas, Amerika Serikat pada tahun 2008 akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di Ramallah, Tepi Barat Palestina
Menurut catatan sejarah, Darwish pernah dua kali menikah selama hidupnya. Istri pertamanya merupakan seorang penulis bernama Rana Kabbani. Namun pernikahan itu tidak bertahan lama karena pada tahun 1982 mereka memutuskan untuk bercerai. Kemudian Darwish menikah lagi pada tahun 1990 dan terus bersama hingga ajal menjemput.
Sebagai salah satu penyair terbesar pada zamannya, karya-karya Darwish tidak hanya merepresentasikan perspektif personal dirinya, melainkan juga terhadap kelompok sosialnya. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai penyair aliran sastra Arab realisme romantik terbaik yang pernah ada.
Pemikiran dan Karya-Karya Mahmoud Darwish
Mahmoud Darwish berbicara dengan lantang kepada tentara Israel tentang diskriminasi dan penjajahan dan sadar bahwa syair dan sastra merupakan ancaman dan senjata yang dapat digunakan sebagai media perlawanan. Ia menyadari apa efek yang bisa dimiliki sebuah kata-kata walaupun harus berhadapan dengan senjata-senjata dan alutsista canggih tentara Israel.
Ia dilecehkan oleh otoritas militer Israel karena menulis dan membaca syair yang diungkapkan dengan rasa yang kuat tentang identitas Arab dan Palestina. Tetapi dengan berbagai halangan dan diskriminasi yang dialami, suaranya dalam propaganda Kemerdekaan Palestina tidak pernah surut.
Darwish menyadari bahwa revolusi pembebasan Palestina bukan datang hanya ketika sedang terancam. Kemerdekaan Palestina adalah cita-cita besar yang tertanam secara mutlak, tanah-tanah yang dikuasai Israel harus kembali direbut serta suara generasi peneruh Palestina tidak boleh pudar. Propaganda ini ia tuangkan ke dalam beberapa karyanya, yaitu:
Syair:
- Ashafir bila Ajniha
- Awraq al-zaytun
- Ashiq min Filastin
- Yaumiyat juhr filastini
- Habibati tanhad min nawmiha.
- al-kitabah ala dhau’i al-bondusiyah.
- al-asafir tamut fi al jalil.
- Mattar na’im fi kharif ba’id
- uhibbuki aw la uhibbuki
- jundiyun yahlum bi al zanabiq al-baida
- Muhawalah raqm
- tilka suratuha wa hadha intihar al-ashiq.
- ahmad al-za’tar
- a’ras
- al-nashid al-jasadi.
- qashidah Beirut
- mahid al-zill al-‘ali
- hissar li mada’ih al-bahr
- hiya ughniyah, hiya ughniyah
- ward aqal
- ma’asat al-narjis, malhat al-fidda
- ara ma urid
- ahad asher kaukaban
- limadza tarakt al-hissan wahidan
- sarir al-ghariba
- jidariyya
- halat hissar
- la ta’tazir
- al-amal al-jadidah
- al-amal al-ula
Prosa:
- syai’un ‘an al-watan
- yaumiyat muwatin bala watan
- wada’an ayatuha al-harb, wada’an ayuha al-salam
- yaumitat al-hazn al-‘aadi
- Zakirah li an-Nisyan
- fi wasf halatina
- al-rasa’il
- arabiyun fi kalami a’bir
- fi hadrat al-ghiyab