Khalifah Umar bin Khattab dan Kisah Sungai Nil Mengalir

 Khalifah Umar bin Khattab dan Kisah Sungai Nil Mengalir

Konsepsi Pemimpin Menurut Abu Hasan Al-Amiri (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Khalifah Umar bin Khattab bukan hanya pemimpin bagi manusia, beliau juga menjadi pemimpin bagi alam saat itu, seperti halnya tradisi para kekasih Allah yang terpilih. Suatu saat terjadi gempa di Madinah yang mengguncang semuanya.

Khalifah Umar kemudian memukul tanah dengan cemetinya sambil berkata: “Diamlah, bukankah aku sudah adil padamu?” Seketika gempa pun berakhir.

Di saat yang lain, Gubernur Mesir dibuat pusing soal sungai Nil yang tiap tahun meminta tumbal perawan dan tak mengalir apabila tidak diberi tumbal. Gubernur Amr bin Ash melarang praktik itu dengan keyakinan bahwa kedatangan Islam akan menghancurkan tradisi lama semacam itu.

Ternyata Nil betul-betul kering selama tiga bulan hingga rakyat Mesir bersiap melempar tumbal lagi. Akhirnya beliau berkirim surat pada Khalifah Umar tentang hal itu dan Khalifah membenarkan tindakannya.

Khalifah hanya menitipkan secarik kertas yang disuruh lempar ke sungai Nil. Sebelum dilempar, isinya dibaca oleh Gubernur tertulis sebagai berikut:

“Dari Umar Amirul Mukninin Kepada Nil di Mesir. Bila engkau memang mengalir sesuai kehendak sendiri, maka berhentilah mengalir. Bila Allah Yang Maha Esa dana Maha Menaklukkan yang mengalirkanmu, maka aku memohon pada Allah untuk membuatmu mengalir”.

Di malam itu juga, sungai Nil mengalir deras sedalam 16 hasta (sekitar 6,5 meter).

(Dinukil dari Bughyatul Adzkiya’ karya Kyai Mahfudz Termas)

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *