KH Afifuddin Muhajir: Santri Harus Mengamalkan Kitab Talim al-Mutaallim

 KH Afifuddin Muhajir: Santri Harus Mengamalkan Kitab Talim al-Mutaallim

HIDAYATUNA.COM, Situbondo – Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KH Afifuddin Muhajir, mengatakan kitab Ta’lim banyak diajarkan di pesantren lantaran bisa menjadi pegangan utama santri, atau bahkan kitab kuning menjadi fondasi keilmuan kaum santri.

“Ta’lim al-Muta’allim itu maknanya mengajari santri cara belajar. Jadi Ta’lim al-Muta’allim itu lebih pada kitab pegangan santri, bukan kitab pegangan guru,” ujarnya seperti yang dikutip HIDAYATUNA.COM di Republika.co.id, di Situbondo, Senin (23/9/2019).

Ajaran dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim juga sangat penting untuk menjadi pegangan para siswa-siswa madrasah atau sekolah. Apalagi, dalam pandangannya, generasi millenial saat ini memiliki tantangan yang sangat berat kedepannya.

“Di kitab Ta’lim al-Muta’allim menawarkan dua hal sebagai syarat agar santri sukses dalam belajar, pertama adalah cita-cita yang tinggi dan kedua adalah kerajinan atau kesungguhan,” ucap KH Afifuddin Muhajir.

Saat kesungguhan belajar yang tinggi, generasi millenial tentunya akan mampu menghadapi segala tantangan yang akan dihadapinya. Tetapi, saat ini tidak sedikit juga para pelajar yang lancang terhadap gurunya, sehingga dalam perspektif Ta’lim al-Muta’allim ilmunya tidak akan bermanfaat.

Maka, kitab Ta’lim al-Muta’allim akan mengajarkan santri-santri atau siswa-siswanya untuk menghormati ilmu dan gurunya.

“Kitab Ta’lim juga mengajarkan bagaimana menghormati ilmu. Jadi, tekanannya adalah takzim kepada ilmu dan sebagai konsekuensi takzim kepada ilmu adalah takzim kepada orang yang punya ilmu,” ungkapnya.

Menurutnya, ilmu sejatinya tidak hanya untuk dipamerkan atau didiskusikan, tapi untuk diamalkan. Karena itu, ilmu yang dituntut para santri di pesantren adalah ilmu bermanfaat yang membuat seseorang itu bisa bertambah takwa kepada Allah SWT.

“Seseorang yang melaporkan gurunya kepada kepolisian misalnya itu kan tidak takzim kepada ilmu yang diajarkan gurunya. Artinya sangat diragukan, bahkan hampir mustahil ilmu murid tersebut bisa bermanfaat,” pungkasnya

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *