Keutamaan Puasa Sunnah di Bulan Dzulhijjah
HIDAYATUNA.COM – Umat Islam di seluruh dunia dalam waktu dekat akan menginjak bulan Dzulhijjah. Salah satu bulan dalam kalender hijriyah yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Muslim.
Pasalnya, di bulan Dzulhijjah ini, umat muslim dipertemukan kembali dengan hari raya Idul Adha atau sering juga disebut dengan Hari Raya Kurban.
Selain itu pada bulan Dzulhijjah, juga ditunggu umat Muslim untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Namun tahun ini, pelaksanaan calon jamaah haji dari berbagai negara harus menahan diri, karena pemerintah Arab Saudi membatasi pelaksanaan haji untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Selain rangkaian perayaan dan peribadatan di atas, juga terdapat amalan lain yang dapat dilaksanakan oleh umat Muslim di antaranya melaksanakan ibadah puasa sunnah pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal tersebut dapat dilaksanakan terutama bagi mereka yang tidak berangkat haji.
Sebuah hadits mengatakan pada masa itu, amal saleh yang dikerjakan menjadi sangat dicintai Allah. Puasa-puasa sunnah tersebut ada tiga jenis, yakni puasa 1-7 Dzulhijjah, puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah), dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah).
Sebagaimana hadits riwayat Ahmad berikut:
“Dari Umar radhiyallahu‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid’.” (HR. Ahmad)
Bagaimana soal keutamaan puasa arafah? Puasa arafah memiliki keutamaan yang sangat besar.
Para ulama bahkan memasukkan puasa Arafah ini ke dalam puasa sunnah yang sangat dianjurkan (muakkad).
“Puasa hari arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu.” Demikian dikutip dari HR Muslim.