Keunikan Gus Baha yang Jarang Memenuhi Undangan Pejabat
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sosok KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memiliki keunikan tersendiri. Meski banyak undangan dari pejabat top level di Indonesia, namun Gus Baha mengaku sengaja jarang mendatanginya.
Dalam rangkuman yang disarikan dari salah satu ceramah pengajiannya sebagaimana dilansir dari Laduni, Gus Baha mengaku berkali-kali kerap diundang pejabat. Namun dirinya kerap jarang datang.
Meski demikian, Gus Baha kadang-kadang juga menghadiri undangan dari pejabat itu mengingat pejabat tersebut juga termasuk umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Gus Baha sendiri mengaku tidak pernah merasa bangga hanya karena dirinya diundang seorang pejabat. Sebab, orang yang terbiasa dekat dengan Allah tetapi merasa bangga ketika kenal atau dekat dengan pejabat, maka sebenarnya turun kasta. Baginya hal itu, justru sebagai hal yang aneh.
“Kita sebenarnya sudah merupakan orang yang sibuk, sudah masyhur. Tetapi bagaimanapun, pejabat juga adalah umat kanjeng Nabi Muhammad Saw. Hanya saja, tidak perlu terlalu sering memenuhi undangan para pejabat itu,” jelasnya.
Sebab, bagaimanapun, hal itu rawan terjadi masalah. Salah satunya karena kita sebagai manusia juga punya keinginan, punya rencana dan lain-lain.
Selain itu, jika kita terlalu kenal dengan pejabat, jangan-jangan nanti yang keluar adalah ketamakan kita. Berbeda dengan ketika kita kenal pejabat bertujuan untuk memaslahatkan bangsa Indonesia, maka tidak masalah.
“Dengan itu, Anda juga harus yakin bisa menyelesaikan masalah yang ada di negeri ini. Tetapi, jika Anda justru menjadi bagian dari problem negeri ini, maka sebaiknya kita perlu berkaca terlebih dahulu,” sambungnya.
Dalam kondisi demikian, Gus Baha menegaskan bahwa terkadang masalah itu sebaiknya hanya perlu dibiarkan saja, karena nanti akan berpotensi menimbulkan masalah baru.
Sebab, masalah yang ada tersebut terkadang hanya bagian dari sunnatullah sehingga tidak perlu semua masalah harus diselesaikan yang kemudian hanya menimbulkan permasalahan baru.
Kendati begitu, Gus Baha juga menyampaikan bahwa nahi munkar ila yaumil kiyamah itu tetap wajib. Tetapi, ketika berkaca kepada para ulama, nahi mungkar yang dilakukan itu tetap memiliki dasar pemikiran.
“Sebab, ulama adalah hujjatullah fil ardh, hujjah Allah di bumi,” ungkapnya.
Misalnya, ketika ada seorang anak yang biasa nongkrong di prapatan kemudian melihat seorang kiai. Anak itu lantas me-nyuit-nyuiti kiai tersebut.
Dalam hal ini, Gus Baha menegaskan bahwa kita butuh nahi munkar untuk memperingati dan menasehati anak itu.
Tetapi masalahnya, kita tahu bahwa anak-anak muda yang nongkrong itu ketika dinasehati malah akan memukul kiainya, bahkan ada kemungkinan untuk membunuhi kiai itu. (Hidayatuna/MK)