Ketum PBNU Sebut Islam Nusantara, Solusi Bagi Paham Radikalisme
HIDAYATUNA.COM, Bojonegoro — Dalam Seminar Nasional bertema ‘Islam Nusantara, Solusi Radikalisme’, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengatakan bahwa paham Islam khilafah yang bisa mengancam ideologi Pancasila sebagai dasar negara mulai berkembang secara masif.
“Tidak hanya di perguruan tinggi, perkembangannya sudah masuk di wilayah militer. Jika hal itu dibiarkan, bisa memicu pemikiran ekslusif yang memunculkan sikap intoleran. Dan bisa berkembang menjadi sikap radikal,” ungkapnya dalam keterang tertulisnya, di Bojonegoro, Kamis (12/12/2019).
Masuknya paham radikalisme, lanjutnya, kebanyakan sudah masuk di level keempat atau tingkatan yang paling berbahaya. Level kesatu, kata dia, baru doktrin, level kedua mulai di doktrin radikal, ketiga mulai ekstrim.
“Dan level keempat mulai ngebom. Kebanyakan level empat mulai menolak,” ujar anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu kepada ribuan mahasiswa yang mengikuti Seminar Nasional di Gedung Serba Guna, Bojonegoro.
Selain itu, untuk menangkal masuknya radikalisme ini, perlu adanya Islam Nusantara. Gerakan Islam yang menghormati kebudayaan masing-masing yang menjadi dasar. Islam yang bukan hanya teologi sosial dan ibadah saja, tetapi Islam yang memiliki misi kepada Tuhan, misi nasionalisme, dan misi kemanusiaan.
Di samping itu, ia menyebut bahwa banyak negara sadang konflik yang tidak berkesudahan, seperti di Timur Tengah. Pada dasarnya, katanya, karena belum harmonis antara agama dan kebudayaannya. Ketika ada budaya datang, larut sehingga ada yang menerima dan ada yang menolak dengan cara radikal.
“Kita punya sikap yang moderat dan tidak kagetan, budaya Barat boleh datang asalkan tidak mengganggu budaya kita, kita terima. Jadi, Islam Nusantara itu harmonis dengan budaya,” jelasnya.
Di sisi lain, dalam kesempatan tersebut, Akademisi, Kolumnis dan Penulis Buku yang juga menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut, Mundzar Fahman mengatakan, radikalisme adalah tolak pemikiran yang inginnya melakukan perubahan secara mendasar dan menyeluruh.
“Jika perlu menggunakan kekerasan untuk memenuhi tujuan tersebut,” tutur akademisi itu.
Gerakan-gerakan radikal ini, mulai banyak disebarkan, mulai dari kajian-kajian maupun melalui media sosial. Menurut Dewan Pakar Aswaja Center NU Bojonegoro, Agus Sholahudin, hari ini banyak aktor yang sengaja menciptakan berita hoaks untuk menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang sah.
“Hal itu jangan sampai dianggap remeh. Ideologi Aswaja ala NU ini yang mungkin tidak bisa dimanfaatkan ideologi ekstrem para pelaku untuk aksi radikalisme,” tukas Mundzar.