Ketua BPIP Larang Keras ASN Jadi Agen Ideologi Ekstremis dan Radikalisme

 Ketua BPIP Larang Keras ASN Jadi Agen Ideologi Ekstremis dan Radikalisme

Ketua BPIP mengaku melarang keras kepada para ASN menjadi agen ideologi ekstremis dan radikalisme yang berkembang.

HIDAYATUNA.COM, Makassar – Menjadi Aparat Sipil Negara (ASN) artinya mengemban tugas dan jabatan sesuai sumpah dan janjinya termasuk mengamalkan nilai-nilai dasar Pancasila yang merupakan dasar Negara.

Menurut Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, ASN harus menjadi agen pengarusutamaan Ideologi pancasila di masyarakat, bukan sebaliknya menyebarkan ideologi ekstremis, radikalisme dan transnasional.

“(Sumpah dan janji ASN) Harus dipegang teguh,” tegasnya dalam Sosialisasi Pemantapan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan di Kalangan Aparatur Sipil Negara yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Makassar, Rabu (11/3/30).

Lebih lanjut menurut Yudian, belakangan Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia seolah hanya menjadi bahan pembelajaran yaitu seperti kita dapatkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang dinilainya memiliki porsi yang sangat minim. Karena pengamalannya sendiri di lingkungan pendidikan sudah mulai hilang, seperti pelaksanaan bendera misalnya.

“Pendidikan Pancasila hanya di Pelajaran Kewarganegaraan saja. Sedangkan praktisnya seperti upacara bendera setiap hari Senin sudah jarang dilakukan,” jelas Yudian.

Oleh karena itu, dalam sosialisasi yang dihadiri ASN dari Balai Monitoring Spektrum Frekuenso Radio wilayah Sulawesi, Balai Besar Pengembangan SDM dan Penelitian Kominfo Mkassar, hingga RRI dan TVRI tersebut Yudian menyampaikan harapannya terharap instansi-instansi tersebut untuk senantiasa membuat konten-konten yang bernuansa Pancasila.

Senada dengan Yudian, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irfan Idris menjelaskan terkait ciri-ciri masyarakat radikal yang di antaranya adalah menolak NKRI dan Pancasila.

“Ciri radikal adalah orang yang menolak Pancasila dan NKRI, Intoleran, kurang ilmu dan orang yang dengan mudah mencap orang lain kafir,” tegas Irfan.

Menurutnya terdapat radikal yang sifatnya positif yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti radikal terhadap bela Negara, tekun belajar hingga gotong royong. (AS/Hidayatuna.com)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *