Ketika Amr bin al-Jamuh, Sang Penyembah Berhala Masuk Islam
HIDAYATUNA.COM – Amr bin al-Jamuh resmi masuk Islam setelah sebelumnya menjadi penyembah berhala. Kepercayaan musyrik itu tak jauh beda dengan kebanyakan bangsawan Yastrib (Madinah) sebelum kota tersebut menerima dakwah tauhid.
Sebelum penyembah berhala Amr bin al-Jamuh, Mu’adz bin Amr, sang anak sudah lebih dulu masuk Islam. Ia bahkan termasuk ke dalam golongan yang mengikuti Baiat Aqabah II.
Mu’adz bin Amr juga bersahabat baik dengan Mu’adz bin Jabal. Selepas keduanya memeluk agama Islam, duo Muadz ini sangat kecewa karena masih banyak penduduk Madinah yang menyembah berhala. Padahal, jelas-jelas benda mati itu tak dapat memberikan faedah serta musibah bagi manusia.
Hingga suatu malam, keduanya menyelinap ke dalam rumah, tepatnya kamar di mana berhala itu disimpan. Mu’adz bin Amr mengambil benda itu dengan sahabatnya, ia pun melempar sesembahan ayahnya itu ke tempat orang biasa buang hajat.
Keesokan harinya, Amr tak menjumpai Manaf (berhala yang disembah Amr bin al-Jamuh) di lokasi biasa. Setelah mencari ke mana-mana, dia sangat kaget karena menemukan berhala itu di kubangan tinja. “Hoi, siapa yang nekat melakukan perbuatan ini?” teriaknya. Namun, duo Mu’adz justru kembali beraksi.
Menghancurkan Berhala
Tiap malam, malahan, keduanya terus mengendap ke dalam ruangan untuk melemparkan Manaf ke dalam jamban publik. Tiap pagi pula Amr penyembah berhala harus susah-susah menyelamatkan tuhannya agar tidak tertimbun kotoran.
Akhirnya, bapaknya Mu’adz itu merasa lelah. Dia berkata kepada Manaf, “Kalau kamu benar-benar bisa mendatangkan manfaat, maka bela dirimu sendiri!” Pada esok hari Amr lagi-lagi kehilangan berhalanya itu. Dia pun segera berlari ke tempat buang hajat. Kali ini, tidak hanya Manaf yang berkubang tinja.
Sesembahannya itu bahkan terlilit tali pada bangkai anjing yang membusuk. Melihatnya, Amr amat kesal. Kepalanya memerah, seakan-akan mau meledak. Tak lama kemudian, lewatlah beberapa pemuka Madinah yang telah memeluk Islam. Mereka bertanya, mengapa sampai tokoh Bani Salamah itu sedemikian emosi.
Amr bin al-Jamuh pun menunjuk pada berhalanya yang teronggok dalam bau dan menjijikkan. Para bangsawan Muslim itu pun menasihatinya tentang betapa nirfaedahnya menyembah selain Allah. Mereka berupaya menggugah kesadaran batin dan logika Amr. Selain itu, disampaikannya pula tentang Rasulullah Muhammad SAW, yakni budi pekertinya serta ajarannya yang membebaskan manusia dari sifat jahiliyah.
Amr bin al-Jamuh mulai menyadari kesesatannya selama ini. Dia mengucapkan terima kasih kepada mereka. Setelah bersiap-siap, dengan mengenakan pakaian terbaik, Amr pun memacu kudanya untuk segera menemui Nabi SAW. Di hadapan sang khatamul anbiya, dia mengucapkan dua kalimat syahadat serta berjanji setia.