Ketegaran Hati Sarah, Istri Nabi Ibrahim

 Ketegaran Hati Sarah, Istri Nabi Ibrahim

Siti Sarah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Kisah perjalanan Nabi Ibrahim AS dan Sarah, istrinya hingga ke Mesir menuai banyak pelajaran. Tentang kesetiaan dan perjuangan membela Islam.

Nabi Ibrahim AS memperistri Sarah setelah terpikat dengan akhlak terpuji dan kecantikan hakiki yang dimiliki istrinya itu. Sarah merupakan perempuan cantik yang berasal dari keturunan kaya.

Sarah tinggal dengan penduduk di daerah Babylonia. Masyarakat di sekitar Sarah saat itu mayoritas menyembah berhala, namun tidak dengan Sarah.

Sarah justru sangat mencela agama yang dipeluk penduduk Babylonia itu. Sarah sangat bertaqwa kepada Allah SWT.

Setelah menikah dengan Nabi Ibrahim AS, Sarah pun setia mendampingi Nabi Ibrahim dalam memperjuangkan ajaran Islam. Keduanya mantap melakukan hijrah atau perjalanan dari kampung halamannya menuju Mesir.

Nabi Ibrahim AS dan Sarah berupaya menyadarkan kaum Raja Namrud yang menyembah berhala, tidak terkecuali sang ayah dari Nabi Ibrahim AS. Bahkan ayahnya, Azar merupakan pembuat patung berhala.

Meski ayahnya sendiri, namun Nabi Ibrahim AS tak gentar memberantas kepercayaan nenek moyang tersebut. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam QS. Maryam ayat 46 yang artinya:

“Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.”

Ketika Sarah Digoda Raja

Namun setibanya di wilayah Mesir, kabar Nabi Ibrahim AS yang didampingi Sarah didengar seorang penguasa serakah bernama ‘Amr bin Amru Al-Qais. Ia adalah raja yang sangat menggilai perempuan cantik meski telah bersuami.

Meski sempat dirayu oleh raja tersebut, hal itu tidak meruntuhkan iman dan ketaqwaan Sarah. Bahkan raja ‘Amr bin Amru Al-Qais sempat hendak berbuat keji. Namun Sarah berhasil melindungi diri setelah memohon perlindungan Allah SWT.

Diam-diam Raja ‘Amr bin Amru Al-Qais tetap menginginkan Sarah meski segala cara telah gagal dilakukannya. Kali ini usaha sang raja kembali gagal karena Sarah kembali meminta pertolongan Allah SWT.

Kehidupan rumah tangga Nabi Ibrahim AS dan Sarah tidak selamanya mulus. Apalagi kehadiran buah hati tak juga nampak di antara mereka. Inilah titik ketika Allah menguji mereka.

Ikhtiar telah dijalankan, doa pun tak ketinggalan dipanjatkan. Hingga akhirnya Sarah berupaya mencarikan Nabi Ibrahim AS pendamping yang bisa memberikan keturunan.

Buah Ketegaran Sarah

Dari Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS kemudian memperoleh buah cinta yang dinamakan Ismail. Sarah pun menyambut Ismail sebagai anak kandung dari Nabi Ibrahim AS dan Hajar, dengan kebesaran hati dan ketegarannya.

Nabi Ibrahim AS membawa Hajar dan Ismail pergi ke suatu lembah. Nabi Ibrahim AS kini kembali kepada Sarah. Mereka melalui hari-hari penuh kebahagian bersama.

Kabar gembira pun datang kepada mereka. Memasuki usia sekitar 90 tahun, Sarah mengandung. Aneh, bukan? Tapi, inilah kuasa Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam QS. Hud ayat 71 yang artinya:

“Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.”

Melalui kuasa Allah SWT yang sangat besar, Sarah melahirkan seorang anak yang bernama Ishaq.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *