Kesombongan dan Keegoisan adalah Sumber Keburukan Moral
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kejahatan moral pertama yang menyesatkan seseorang adalah kesombongan dan dapat dikatakan bahwa ini adalah asal mula keburukan moral lainnya.
Kesombongan merupakan sifat buruk moral yang membawa seseorang pada keterasingan diri, ketidakpedulian terhadap diri sendiri dan orang lain, serta melupakan kedudukan pribadi dan sosial.
Kesombongan membuat seseorang menjauh dari Tuhan dan dekat dengan setan. Hal ini memutarbalikkan kenyataan dan menyebabkan kerugian material dan spiritual.
Orang yang sombong selalu dibenci dalam masyarakat dan dikucilkan. Sejarah telah memberitahu kita bahwa iblis dikeluarkan dari surga akibat sifat sombong dan jumawa.
Kesombongan juga menyebabkan sifat buruk moral lainnya seperti egois, egois, membenci orang lain, iri hati, dan lain sebagainya.
Salah satu alasan utama setan diusir dari surga adalah kesombongannya. Ini juga merupakan alasan mengapa banyak orang dalam sejarah menolak panggilan para nabi ilahi.
Setan diusir dari surga karena menolak sujud di hadapan Adam (AS) karena menganggap dirinya lebih tinggi dari Adam (AS).
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ
Artinya:
“Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Q.S. Al-Aaraf ayat 12)
Allah memberi tahu kita dalam Al-Quran tentang nasib orang-orang yang sombong dan sombong agar kita dapat mengambil pelajaran dan terhindar dari keburukan moral ini:
“Mereka akan berseru kepada mereka dan berkata: ‘Bukankah kami bersamamu?’ ‘Ya,’ jawab mereka, ‘tetapi kamu mencobai dirimu sendiri, kamu menunggu (sampai masalah menimpa orang-orang yang beriman), dan kamu ragu-ragu, dan kamu tertipu oleh khayalanmu sendiri hingga datangnya Perintah Allah, dan si penipu (Setan) tertipu. kamu tentang Allah.”
Salah satu umat tersebut adalah kaum Nuh (AS):
فَقَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِىَ ٱلرَّأْىِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍۭ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَٰذِبِينَ
Artinya:
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,
Melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (Q.S. Hud ayat 27)
Ketika seseorang terperdaya oleh kesia-siaan dan keangkuhan, maka ia harus ingat bahwa sifat yang dibanggakannya ada pada dirinya, sifat itu dimiliki Allah tanpa batas, sehingga tidak ada gunanya berbangga. []