Kesedihanmu Adalah Tanda Ketertipuanmu
Oleh: Prof. Dr. Ahmad Thib Raya
HIDAYATUNA.COM – Ibn Atha’illah berkata: “Sedih karena kehilangan kesempatan berbuat ketaatan (baik) yang tidak disertai upaya untuk bangkit mengerjakannya merupakan salah satu tanda ketertipuan.” Kalimat Hikmah ke-77 yang sangat dalam dari Ibn Atha’illah di dalam bukunya Terjemah al-Hikam, hal. 110.
Kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan adalah sederetan sifat-sifat buruk yang bersifat fitri yang melekat dalam diri manusia. Sifat-sifat ini sudah dibawa sejak lahir. Semua manusia memilikinya dan tidak satu pun manusia yang tidak memiliki sifat-sifat itu.
Dalam perjalanan hidupmu, boleh jadi dan bahkan pasti Anda pernah merasakan dan mengalaminya. Anda sedih, Anda kecewa, dan Anda kesal. Kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan itu muncul karena ada harapan atau keinginan yang tercapai yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginanmu.
Tidak hanya sifat-sifat itu yang dianugerahkan Allah kepadamu sebagai sifat fitrahmu. Allah juga memberikan sederetan sifat-sifat yang berlawanan dengan itu, yaitu sifat senang, bahagia, dan keceriaan. Semua manusia dianugerahi oleh Allah sifat-sifat ini. Tidak satu pun manusia yang tidak memiliki sifat-sifat itu. Saya yakin, Anda pernah mengalaminya. Sifat-sifat itu muncul dalam diri Anda, karena harapan dan keinginan Anda tercapai sesuai dengan harapan dan keinginan Anda. Ketika itu, hati Anda serasa berbunga-bunga dan dunia seluruhnya bagaikan berada dalam genggaman Anda.
Anda tidak boleh sedih, tidak boleh kecewa, dan tidak boleh kesal. Anda harus senang, harus bahagia, dan harus ceria menerima keadaan yang Anda alami. Karena yang mengatur dan menentukan urusanmu bukanlah Anda, tetapi ada Yang Maha Mengatur.
Anda boleh gagal dalam suatu harapan dan cita-citamu, tetapi Anda harus bangkit dari kegagalanmu untuk meraih yang lebih baik. Manfaatkanlah berbagai kesempatan untuk meraih kesuksesanmu. Kalau pun engkau sedih, kecewa, dan kesal dengan kegagalanmu, maka jalan yang harus lakukan di tengah kesedihan adalah bangkit untuk mengerjakannya dengan cara yang lebih baik.
Tidak ada kegagalan kalau tidak ada usaha. Tidak ada kesuksesan kalau tidak ada usaha. Karena engkau berani berusaha, maka engkau pun harus berani dan siap menerima kegagalan. Karena engkau berani berusaha, maka engkau harus berani dan siap menerima kesuksesan. Orang yang tidak punya usaha, tidak akan pernah gagal dan tidak pernah pula sukses.
Kesedihan dalam kegagalan tanpa ada upaya meningkatkan diri dalam amalmu adalah sebuah ketertipuan. Kesedihan dalam kegagalan dengan upaya untuk bangkit mengerjakan dengan cara yang lebih baik adalah sebuah kejujuran.
Anda tidak boleh sedih karena kesempatan untuk bangkit terlewatkan dengan sebuah pekerjaan yang satu. Sebab kesempatan yang terlewat itu tidak mungkin dapat ditarik kembali. Sedih yang baik adalah sedih yang mencari dan mendorong saudara untuk mencari kesempatan baru, untuk mengerjakan sesuatu yang baru, untuk melakukan ketaatan dan kebaikan. Ingat, sedih yang tidak disertai kebangkitan untuk berbuat adalah sebuah ketertipuan dan sedih dengan kebangkitan untuk berbuat adalah sebuah kejujuran.
*Dikutip dan diuraikan oleh Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, dari Buku Terjemah al-Hikam, oleh Ibn Atha’illah al-Iskandary