Kerudung Tak Membatasi Gerak dan Pikiran Perempuan

 Kerudung Tak Membatasi Gerak dan Pikiran Perempuan

Pengadilan Tinggi Prancis Resmi Larang Pemakaian Abaya Muslim di Sekolah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Para perempuan terutama yang berkerudung kerap kali mendapatkan nasihat bahwa perempuan itu harusnya kalem, lemah lembut, dan kalau bicara tidak boleh keras-keras.Terkadang penggunaan kerudung yang dalam Islam sebagai simbol seolah memberikan batasan kepada perempuan, baik dalam hal gerak maupun berpikir.

Sedangkan kita ketahui bersama bahwa karakter setiap perempuan tentunya berbeda-beda. Ada yang memang sejak lahir tercipta sebagai perempuan yang kalem dan lemah lembut. Tetapi ada juga yang besar sebagai perempuan aktif dan ingin terus mengeksplor kemampuan serta berpartisipasi dalam menyumbangkan pemikirannya.

Bahkan ada pandangan mengakar lainnya yang mengatur kegiatan maupun profesi seorang perempuan dan laki-laki. Di mana kegiatan yang pantas dilakukan perempuan itu seharusnya adalah memasak, menjahit, juru rawat, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang pantas untuk laki-laki adalah sopir, pilot, dan tentara.

Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan maupun profesi tersebut sudah mulai banyak terdobrak. Ada perempuan yang menjadi pilot dan ojek online. Begitu pun laki-laki banyak yang menjadi koki dan desainer profesional.

Selama ini tradisi yang berkembang secara turun-temurun telah memercayai bahwa seorang perempuan tidak seharusnya banyak bergerak dan banyak bicara. Tidak sedikit para perempuan yang sudah mengikuti tradisi tersebut dan menjadikannya sebagai suatu keharusan. Sehingga, ruang gerak mereka pun seolah benar-benar terbatas.

Perempuan Berkerudung yang Aktif dan Produktif dalam Berkarya

Perempuan selalu identik dengan auratnya yang harus dijaga dengan seketat mungkin. Meminimalisir gerak yang mampu menonjolkan bagian-bagian tertentu dan menjaga suara yang katanya juga bagian dari aurat.

Meskipun banyak yang memiliki pandangan bahwa perempuan berkerudung tidak seharusnya terlalu banyak bergerak dan banyak bicara, namun hal tersebut sudah seharusnya diubah.

Kerudung sebagai penutup kepala pada perempuan bukanlah kain pembatas yang bisa menahan setiap gerak dan pemikiran perempuan. Perempuan yang mengenakan kerudung tetap bisa menjalankan berbagai aktivitas yang diinginkannya dan mengembangkan semua gagasan yang dimiliki. Hal tersebut salah satunya adalah untuk mempertahankan hidup dan berkarya.

Niat ini tentu sangatlah baik dan mengarahkan kepada hal yang positif. Perempuan berkerudung yang menampilkan seni tari daerah untuk mengharumkan nama bangsa adalah sebagai suatu karya dan prestasi yang harus diapresiasi dan dibanggakan. Bukan sengaja ditujukan untuk berlenggak-lenggok di depan penonton dan menunjukkan lekuk tubuhnya yang menggoda.

Perempuan berkerudung yang setiap hari bekerja sebagai buruh bangunan, tentu dilakukan karena ingin menghidupi dirinya sendiri dan anggota keluarganya. Ia merasa bahwa pekerjaan itulah yang bisa dilakukannya dan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Perempuan Berkerudung Indonesia yang Bebas Berkarya, Bergerak, dan Berteriak

Di beberapa negara pasti memiliki perempuan-perempuan berkerudung yang tangguh dan tidak ragu untuk berkarya, bergerak aktif, dan berteriak. Namun, kali ini akan diambil contoh perempuan berkerudung Indonesia yang tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan sudah pernah kita lihat bagaimana sepak terjangnya selama ini.

Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang selama ini kita kenal dengan nama Yenny Wahid adalah anak kedua dari Gus Dur atau Abdurrahman Wahid dan Sinta Nuriyah. Siapa yang tidak kenal dengan Yenny Wahid?

Sosok perempuan yang memiliki pemikiran tidak jauh berbeda dengan mendiang ayahnya yang sangat menjunjung tinggi pluralisme dan tidak pernah ragu berteriak tentang perdamaian. Yenny Wahid juga pernah menjadi reporter di Timor Timur dan Aceh yang saat itu tengah bergejolak.

Tidak hanya itu saja, Yenny Wahid pun juga pernah mendirikan partai politik bernama Partai Kedaulatan Bangsa di tahun 2012. Di bulan Januari 2020, beliau juga ditunjuk menjadi Komisaris Independen Garuda Indonesia sebagai perwakilan publik.

Selain Yenny Wahid juga ada Dian Pelangi yang merupakan desainer perempuan yang karya-karyanya yang sudah menembus dunia internasional. Ada banyak prestasi yang ditorehkan, diantaranya menyelenggarakan fashion show tingkat dunia berupa London Fashion Week, New York Fashion Week, dan Paris Fashion Week.

Melalui beberapa muslimah berpengaruh di Indonesia tersebut, kita bisa melihat bahwa selembar kerudung bukan sebuah tembok pembatas. Dengan berkerudung, perempuan bebas untuk bergerak, berkarya, berekspresi, berpikir seluas-luasnya, dan berteriak pada kebenaran.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *