Kenapa Hati Tidak Tercerahkan dan Kualitas Diri Tidak Bertambah di Bulan Ramadhan?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Apabila ada yang bertanya demikian dan merasa bahwa tidak ada efek berarti dari puasa Ramadhan pada ruhaninya, maka jawabannya bisa jadi karena apa yang dia makan saat malam hari Ramadhan masih terlalu mewah dan enak.
Dalam I’anatut Thalibin disebutkan:
وكف نفس عن شهوة لها مباحة
Artinya:
“Juga disunnahkan meninggalkan keinginan diri yang mubah.”
والمراد من ذلك أن يجانب الرفاهية، والإكثار من تناول الشهوات واللذات، وأقل ذلك أن تكون عادته من الترفه واحدة في رمضان وغيره، وهذا أقل ما ينبغي، وإلا فللرياضة ومجانبة شهوات النفس أثر كبير في تنوير القلب، وتطلب بالخصوص في رمضان
Artinya:
“Yang dimaksud dengan itu adalah menghindari kemewahan, menuruti keinginan diri dan mengkonsumsi yang enak-enak. Kadar minimal adalah fasilitas enaknya sama antara Ramadhan dan bulan lain, ini minimalnya.
Apabila ingin maksimal, maka tirakat dan menjauhi keinginan diri akan berpengaruh sangat besar dalam mencerahkan hati dan itu secara khusus harus dicapai dalam bulan Ramadhan.”
وأما الذين يجعلون لهم في رمضان عادات من الترفهات والشهوات التي لا يعتادونها في غير رمضان، فغرور منهم غرهم به الشيطان حسدا منه لهم، حتى لا يجدوا بركات صومهم ولا تظهر عليهم آثاره من الأنوار والمكاشفات
Artinya:
“Adapun orang-orang yang dalam Ramadhan membuat tradisi fasilitas yang enak-enak dan menuruti berbagai keinginan diri yang tidak ada di luar bulan Ramadhan, maka mereka tertipu oleh setan yang dengki pada mereka.
Akhirnya mereka tidak mendapatkan berkah puasanya dan tidak membekas pengaruh apa pun yang berupa terangnya hati dan mukasyafah (tersingkapnya rahasia ghaib).”
وفي العهود للشعراني: أخذ علينا العهد أن لا نشبع الشبع الكامل قط، لا سيما في ليالي رمضان، فإن الأولى النقص فيها عن مقدار ما كنا نأكله في غيرها، وذلك لأنه شهر الجوع، ومن شبع في عشائه وسحوره فكأنه لم يصم رمضان
Artinya:
“Dalam kitab al-Uhud karya asy-Sya’rani disebutkan: Para guru membuat kami berjanji agar tidak kenyang sempurna sekali pun, terutama di malam hari bulan Ramadhan.
Yang paling utama adalah mengurangi kadar yang biasa kami konsumsi di bulan lain.
Hal itu karena Ramadhan adalah bulan lapar. Siapa yang kenyang di waktu makan malam dan sahurnya, maka seakan-akan dia tidak berpuasa Ramadhan.”
Saya sering mengistilahkan Ramadhan dengan terapi jiwa yang bertujuan agar mencapai takwa, salah satunya dengan puasa di bulan suci tersebut.
Dalam terapi ini, banyak kenikmatan duniawi yang harus dihindari; makan atau minum dalam satu bulan harus lebih sedikit dari bulan lain, menunya harus lebih sederhana, hidup harus lebih bersahaja, hal-hal yang nikmat bagi mata, telinga dan tubuh dikurangi.
Dengan demikian Ramadhan akan memberikan hasil yang baik bagi jiwa. Hati akan mudah mendapat pancaran hidayah, makin lembut dan tenang.
Bisa jadi Allah juga akan menampakkan beberapa rahasia pada dirinya.
Namun bila budget konsumsi Ramadhan justru ditambah, biasanya minum air putih lalu saat Ramadhan ditambah minuman enak-enak, biasanya tahu tempe lalu ditambah daging, maka itu sama saja dengan orang yang mengaku diet di siang hari tetapi menimbun lemak dan kolesterol di malam hari.
Yang ada bukan berhasil diet tapi makin gemuk. Akhirnya, yang awalnya jauh dari Allah tetap jauh, yang hatinya gersang tetap gersang, yang berat untuk beribadah tetap merasa berat, yang buruk perangainya tetap buruk meskipun sudah puasa di bulan Ramadhan.
Semoga Allah mempermudah kita untuk sukses dalam tirakat Ramadhan. []