Kenangan Mbah Moen : Pernah Kerja di Pasar Ikan 

 Kenangan Mbah Moen : Pernah Kerja di Pasar Ikan 

Dawuh Mbah Moen: Indonesia Ndak Bisa Pisah Dengan NU (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Berpulangnya ulama Kharismatik, Mbah Moen atau KH. Maimoen Zubair masih menyisakan bekas-bekas kenangan bagi orang-orang yang mencintai beliau. Gus Muhammad Idror, salah satu putra sang Kiai, menceritakan sosok Mbah Moen.

Maimoen Zubair, merupakan seorang yang pekerja keras. Berbagai pekerjaan sudah pernah dilakoni. 

”Beliau sangat bekerja keras dalam segi apa pun. Jadi waku muda ini sekitar usia 30-an ya. Jadi beliau ini pekerja keras,” jelasnya. 

Semasa muda, sosok Mbah Moen sama seperti kebanyakan orang. Mencari pekerjaan. Jadi, selain orang yang suka akan ilmu, Mbah moen juga memiliki pengalaman hidup dalam mencari pekerjaan. Berbagai macam lapangan pekerjaan sudah dilakukan sehingga, hal tersebut membuat kematangan ketika usia senjanya. 

”Pernah di pasar ikan, ketua pasar ikan, pertanian juga, peternakan. Berbagai macam pekerjaan sudah dilakukan,” tutur putra mbah Moen yang akrab disapa Gus Idror ini. 

Selain pekerja keras, KH. Maimoen Zubair juga sebagai seorang pejuang dalam mendirikan madrasah. Bahkan dimasa mudanya, Mbah Moen memiliki cita-cita untuk mempersatukan pondok pesantren di wilayah Sarang, Rembang, yang merupakan daerah tempat tinggalnya.

Terjun ke Politik

Lebih lanjut Gus Idror, bercerita, secara garis global Kiai Kelahiran Rembang 28 Oktober 1928 ini memiliki cita-cita untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Seperti mempelajari hadist, tafsir, dan fiqih yang selalu dijadikan patokan. 

”Untuk beliau (Mbah Moen) pribadi tentu seperti para ulama yang memiliki kecenderungan atau sifat yang menonjol. Dan beliau ini sangat bisa memaafkan orang lain. Lapang dada dan tidak gampang marah,” ujarnya. 

Dalam bidang sosial kemsyarakatan juga demikian. Pendiri pondok pesantren Al-Anwar ini memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat. Selain pondok, Mbah Moen juga membuat masjid, membantu orang miskin, hingga memotori pembuatan bendungan di desa.

Tentang politik, tentunya Mbah Moen selalu memikirkan umat. Bagaimana Indonesia menjadi negara yang aman, bagus, dan sesuai dengan zaman. Bahkan, sampai terakhir sebelum wafat, beliau masih memilirkan umat.

”Jadi dari tahun 1948-1950 sudah memikirkan madrasah. Hingga 2019 masih mendedikasikan waktu untuk umat manusia. Mbah Moen sudah ceramah di mana-mana. Kalau jawa mungkin seluruh. Kalau luar Jawa ya banyak. Kadang di luar negeri juga,” ucap Gus Idror. 

Mbah Moen memang terkenal sebagai sosok ulama yang nasionalis. Beliau dibekali oleh ayahandanya, KH. Zubair Dahlan yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada masa perjuangan. 

 

 Sumber :

https://www.facebook.com/photo?fbid=355732489673631&set=gm.5081787245179239 

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *