Kemunafikan Bertebaran Disekitar Kita

Bagaimana cara melihat sebuah kemunafikan bertebaran di sekitar kita agar kita tidak terlibat ke dalam tindakan yang dibenci Allah SWT
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ, الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكْ عَلى نَبِيِّنَا مُحمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانِ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَا بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهِ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَقُوْنَ. إِتَقُوا اللهِ حَقَ تُقَاتِهِ وَلاَتَموْتُنَ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ, أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ, يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ, يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyirol muslimin, rohimakumulluh…
Pada Jum’at yang insyaallah mubarok ini, izinkanlah saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin sekalian, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena hanya itulah yang menjadi tujuan hidup kita sekaligus penyelamat kita di dunia dan di akhirat.
Dalam khotbah kali ini saya ingin menyingung tentang kemunafikan yang masih bertebaran di sekitar kita. Munafik adalah kata yang sangat sering kita dengar. Apakah sebenarnya kemunafikan itu? Benarkah sesungguhnya orang-orang munafik itu bertebaran di sekitar kita? Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki ciri-ciri kemunafikan?
Sebagai kitab petunjuk, Al-Quran menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang-orang Mukmin, Kafir dan Munafik, supaya kita dapat mengenali diri kita sendiri, termasuk golongan yang manakah kita ini. Petunjuk tersebut juga berguna agar kita mengenali orang lain sehingga kita dapat menentukan sikap yang sesuai terhadap mereka.
Sejak awal Surah Al-Baqarah hingga ayat 8, ada 4 ayat yang berbicara tentang orang-orang Mukmin, dua ayat tentang orang-orang Kafir, sedangkan ayat ke 8 dan seterusnya (berjumlah 13 ayat) berbicara tentang kaum munafik, yaitu mereka yang tidak memiliki keimanan, tapi tidak pula berterus-terang menentang kebenaran. Mereka tidak mempunyai iman di dalam hati, sementara Iidah mereka tidak pula menyatakan kufur.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ, يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ
“di antara orang-orang itu, ada yang mengatakan: kami beriman kepada Allah dan hari akhir.’ padahal mereka bukan orang-orang yang beriman. Mereka berusaha menipu Allahdan orang-orang yang beriman. Tetapi mereka tidak menipu siapapun kecuali diri mereka sendiri. Sedangkan mereka tidak merasa’ (QS Al-Baqarah:8-9)
Setelah Rasulullah SAW. Berhijrah dari Makkah ke Madinah, dan Musyrikin mengalami kekalahan berat dalam perang menghadapi Muslimin, sebagian rakyat Makkah dan Madinah, meskipun hati mereka tak pernah menerima Islam, namun demi menyelamatkan jiwa dan harta mereka, atau demi mencapai posisi dan kedudukan di antara Muslimin. Mereka mengakui secara lahir sebagai Muslim, dan memoles diri dengan warna yang sama sebagaimana Muslimin lain.
Hipokritas, hati bercabang dan bermuka dua, pada dasarnya adalah fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap revolusi dan perubahan-perubahan sosial. Pesan moralnya: jangan sekali-kali mengira bahwa semua orang yang menunjukan keimanan dan kesetiaan serta kebersamaan, lalu hatinya pun memiliki konsistensi yang sama. Betapa banyak orang-orang yang pada lahirnya sangat islami, namun di dalam hati, sangat memusuhi Islam. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu, untuk mengenali orang-orang tertentu, kita tidak bisa mencukupkan diri dengan pernyataan-pernyataan lahiriah mereka.
Karena itu, bisa jadi di tengah-tengah komunitas muslimin di Indonesia pun ada orang-orang munafik. Tentu yang paling harus diwaspadai adalah, jangan sampai kita sendiri menjadi orang munafik itu. Na’udzu billah min dzalik!
Kita bisa memperluas fenomena kemunafikan ini pad segala macam konsep kebaikan lainnya. Dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya, akan kita temukan kaum munafik Pancasila, munafik demokrasi, munafik pembela rakyat kecil, dan lain sebagainya.
Ma’asyirol muslimin, rohimakumulluh…
Munafikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdik dan pandai; dan merasa bahwa dengan menunjukan keimanan, mereka akan menipu Tuhan orang-orang Mukmin (yukhadi’unallah) serta memperoleh perlakuan dfan hak-hak yang sama sebagai Muslimin yang lain. Mereka berusaha menipu Nabi dan orang-orang beriman, sampai jika dating saat yang tepat mereka pun akan melancarkan serangan mereka terhadap Islam. akan tetapi Allah SWT mengetahui kekufuran batin dan hipokritas mereka.
Menarik sekali menurut ayat di atas, kaum munafik itu tidak sedang menipu Allah dan kaum Mukminin, melainkan sedang menipu diri sendiri.
Bayangkan bahwa anda adalah seorang pasien yang dating kepada dokter. Lalu dokter tersebut memberikan perintah-perintah atau resep obat yang mseti anda minum. Tetapi, anda tidak menaati dan berbohong kepada dokter dan mengatakan bahwa obat-obat yang diberikan sudah anda minum. Padahal anda tidak meminum obat tersebut.
Dengan perilaku demikian, anda menyangka bahwa nada telah menipu dokter. Padahal anda telah menipu dan merugikan pada diri anda sendiri. Anda tetap sakit, bahkan mungkin bisa semakin parah.
Manusia yang oleh Allah diajari aturan-aturan agama, tentu bertujuan agar dengan aturan itu memunculkan manusia yang baik. Manusia yang berciri sebagai manusia. Sayangnya kadang dengan sikap kemunafikan dia menolak aturan Allah dengan hatinya, walau menempatkan dengan lisannya, akhirnya tanpa disadari, banyak dari mereka yang secara lahiriah berwujud manusia namun secara batin berjiwa seperti binatang. Mereka berebut tanpa mempedulikan aturan nilai-nilai agama, apalagi itu nilai yang terserap dalam peraturan pemerintah, mereka akan saling menghancurkan dan meniadakan tanpa memilki belas kasih, tanpa pedili apalagi iba, yang menjadi ciri kemanusiaan.
Jika negara ini sudah dipenuhi oleh manusia begini, dapat dibayangkan alangkah suramnya nasib negeri ini. Akan muncul para perusak dan tersenyum tanpa perasaan malu, munculnya orang berbuat jahat dan tanpa perasaan sesal dan tak mencerminkan wajah kasihan atas derita orang lain. Tentu saja negeri ini mengharapkan orang-orang yang menebarkan kemanusiaan dan bukan manusia munafik yang kehilangan identitas kemanusiaannya. Kita perlu manusia yang sadar terhadap tanggung jawabnya yang nantinya akan menyadarkan orang lain, sehingga kita bukan saja mengenali ciri kemunafikan, tetapi berupaya membersihkan diri dari ciri-ciri kemunafikan itu sendiri.
Dengan khotbah Jumat yang singkat ini, kita berharap yang hadir hari ini diberi hidayah oleh Allah SWT, dan kekuatan untuk memujudkan kernanusiaannya dengan berpegang teguh pada Ajaran agama dan kesadaran penuh untuk membangun negeri ini dengan sepenuh kecintaan dan tanggung jawab.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ