Kemenag Belajar Best Practice Moderasi Beragama dari Muhammadiyah
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB) bagi dosen dan mahasiswa PTKI se-Indonesia. Salah satu kegiatannya adalah melakukan kunjungan ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Enam puluh dosen PTKI bersama seratus mahasiswa PTKI hadir dalam kegiatan tersebut. Rombongan PIN-MB dipimpin Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Dirjen Pendis Kemenag RI, Ruchman Basori.
Dalam sambutannya, Ruchman menyatakan Indonesia menghadapi ancaman radikalisme sehingga moderasi beragama perlu diarusutamakan. “NU dan Muhammadiyah menghadapi problem yang sama. Data riset menunjukan sejumlah dosen, mahasiswa, TNI/POLRI dan PNS yang terpapar radikalisme,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (31/1/2019).
Rombongan diterima Didik Suhardin, Ph. D, Dr Teuku Ramli Zakaria, dan Agus Tri Sundani. Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Didik Suhardi menyatakan bahwa Muhammadiyah sudah melakukan riset. “Temuannya adalah radikalisme beririsan dengan wawasan beragama dan wawasan kebangsaan,” kata dia.
Suhardi menambahkan bahwa, “Bagi Muhammadiyah, NKRI adalah darul ahdi was syahadah, negeri perjanjian dan persaksian.” Ia menjelaskan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo adalah tokoh Muhammadiyah yang turut menjadi arsitek NKRI.
“Sebab itu, Muhammadiyah tidak akan berkhianat kepada NKRI karena ia yang mendirikan,” tegasnya.
Dalam hal moderatisme, sekolah Muhammadiyah menerima seluruh elemen masyarakat apa pun latar agama mereka. “Walikota Jayapura adalah alumni sekolah Muhammadiyah dan ia tetap non muslim. Demikian jug Bupati Alor. Pendidikan di Muhammadiyah menanamkan ketakwaan sesuai agama masing-masing. Inilah the real of moderation,” ungkap Suhardin.
“Muhammadiyah melakukan tindakan preventif terhadap ancaman radikalisme. Kami tegas dan punya prinsip,” tegasnya.