Kemampuan Bahasa dan ‘Harga’ Diri Kita

 Kemampuan Bahasa dan ‘Harga’ Diri Kita

Hari Santri dan Bias Sejarah Indonesia (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Suatu ketika, delegasi dari Hijaz datang menghadap Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz meminta salah seorang untuk maju sebagai juru bicara.
Tiba-tiba majulah seorang remaja yang masih sangat muda. Umar merasa heran dan kurang setuju kenapa yang maju bukan yang lebih tua dan senior.
Umar pun berkata:
لِيَتَقَدَّمْ مَنْ هُوَ أَسَنُّ مِنْكَ
Artinya:
“Hendaknya yang maju adalah yang lebih tua darimu.”
Dengan penuh percaya diri, remaja itu berkata:
يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ ، إِنَّمَا الْمَرْءُ بِأَصْغَرَيْهِ ؛ قَلْبِهِ وَلِسَانِهِ
Artinya:
“Wahai Amirul Mukminin, seseorang itu dinilai dari dua hal terkecil dalam dirinya, hati dan lidahnya.”
Dalam sebuah majlis ilmu, seorang syekh sedang mengajar murid-muridnya.
Karena sudah seperti ayah bagi mereka, ia mengajar sambil menyelonjorkan kaki. Tiba-tiba, masuk seseorang yang berpakaian rapi, indah dan mahal.
Ia langsung duduk bersama para murid.
Melihat orang asing ini, syekh langsung melipat kakinya. Ia segan, jangan-jangan orang yang baru datang ini seorang alim.
Orang tersebut tidak bicara sepatah katapun. Syekh jadi penasaran, apakah ia memang alim atau hanya pakaiannya yang tampak meyakinkan.
Tidak ada cara untuk mengetahui ‘kadar’ orang ini kecuali dari bicaranya.
Syekh meminta murid-muridnya menghidangkan orang ini sepiring korma. Ia pun memakan kurma itu. Tapi ia tetap saja diam.
Syekh kembali meminta muridnya menghidangkan kurma. Ia memakan kurma itu tapi tetap saja masih membisu.
Akhirnya syekh meminta lagi murid-muridnya menghidangkan piring kurma ketiga.
Karena sudah tiga piring tentu ia merasa kenyang.
Disini ia harus bicara untuk mengatakan kalau tiga piring itu sudah cukup.
Maka keluarlah suaranya :
يَكْفُوْنِي … يَكْفُوْنِي …
Mendengar kalimat yang baru saja keluar dari orang ini Syekh pun kembali menyelonjorkan kakinya.
(Kalimat yang benar adalah يَكْفِيْنِي … يَكْفِيْنِي … yang berarti “Cukup…cukup…”, bukan يَكْفُوْنِي).
Menyampaikan kisah-kisah unik, menarik dan mengandung hikmah seperti kisah diatas, di setiap sesi dalam program pembekalan dan peningkatan kompetensi guru-guru Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah – Padang Panjang selama dua hari (3 dan 4 Oktober 2022) ternyata cukup menarik dan bisa menstimulus para ustadz/ustadzah untuk menggiatkan bahasa Arab di lingkungan sekolah dan dalam proses pembelajaran.
Pembekalan dimulai dari hal-hal yang sangat dasar untuk menyamakan kompetensi para guru, seperti penguasaan tashrif, wazan, sampai i’rab dan bina` dan diakhiri dengan praktek mengajar di depan kelas dengan menggunakan bahasa Arab.
Berbahasa Arab tidak sekedar memenuhi tuntutan pembelajaran sebuah pondok. Berbahasa Arab adalah bagian dari ibadah. Bahasa Arab adalah satu dari sekian syiar Islam yang mesti dilestarikan.
Lebih dari itu, bahasa Arab adalah identitas kita sebagai seorang muslim.
معا نعيد اللغة العربية إلى الحياة
[]

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *