Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan pada tahun 132 H/750 M.
Mu’awiyah bin Abi Sufyan sendiri merupakan sosok politisi andal dan berpengalaman sebagai Gubernur Syam pada zaman Utsman bin Affan.
Dinasti Umayyah didirikan melalui cara penolakan atas pembaiatan Ali bin Abi Thalib. Kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali bin Abi Thalib melalui strategi politik yang sangat menguntungkan pihak Mu’awiyah.
Nama Umayyah sendiri dinisbatkan kepada Umayyah bi Abdi Syams bin Abdi Manaf yang merupakan seorang pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah.
Bani Umayyah sendiri pada masa tersebut baru masuk Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain memasukinya.
Yakni pada saat Nabi Muhammad Saw beserta beribu-ribu pasukannya yang benar-benar percaya pada kerasulan dan kepemimpinannya menyerbu masuk ke dalam Kota Makkah.
Pada masa Dinasti Umayyah, umat Islam mampu melakukan penaklukan daerah Afrika Utara, Khurasan, Bukhara, Indus, Perbatasan Tiongkok dan juga Spanyol.
Di antara 14 orang khalifah Bani Umayyah yang berkuasa selama hamper 90 tahun lamanya, terdapat beberapa kahalifah yang dianggap sukses dalam menjalankan roda pemerintahan.
Berikut ini daftar khalifah masa Bani Umayyah yang menonjol karena pencapaiannya yang luar biasa:
1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
3. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
4. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M)
5. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
Masa kekuasaan Dinasti Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif karena perhatian pemerintahan bertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan.
Sehingga tak heran hanya dalam kurun waktu 90 tahun, sudah banyak daerah yang berhasil ditaklukkan oleh dinasti ini.
Beberapa pencapaian kejayaan pada zaman Bani Umayyah di berbagai bidang.
Bidang Militer dan Kekuasaan
Dalam bidang ini, Bani Umayyah berhasil melebarkan sayap ekspansinya dengan menguasai wilayah yang hamper setara dengan wilayah kekuasaan Alexander The Great.
Menurut Ahmad Syalabi, penaklukan militer pada zaman Bani Umayyah mencakup tiga front penting, sebagai berikut.
Pertama, front melawan Bangsa Romawi di Asia Kecil dengan target utama adalah pengepungan ke ibu kota Konstantinopel serta penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.
Kedua, front Afrika Utara. Selain menaklukkan wilayah Afrika, pasukan Bani Umayyah juga berhasil menyeberangi Selat Gibraltar kemudian memasuki wilayah Spanyol.
Ketiga, front timur yang menghadapi wilayah sangat luas. Operasi penaklukan wilayah timur ini dibagi menjadi dua arah yaitu, yang satu menuju ke utara ke daerah-daerah di seberang Sungai Jihun (Ammu Darya).
Lalu yang lainnya ke arah selatan menyusuri wilayah Sind serta India bagian barat.
Prestasi ekspansi kekuasaan Bani Umayyah ini terjadi pada masa pemerintahan Al-Walid I yaitu di front Afrika Utara dan sekitarnya.
Setelah sebagian besar wilayah Afrika berhasil dikuasai, pimpinan Thoriq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar memasuki Spanyol hingga ibu kotanya, Kordoba, berhasil ditaklukkan.
Gubernur Musa bin Nushair pun menyempurnakan penaklukan atas tanah Eropa ini dengan menyusuri kaki Pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian, Prancis.
Kemajuan di Bidang Politik dan Pemerintahan
Bani Umayyah memiliki susunan tata kelola pemerintahan baru guna memenuhi tuntutan perkembangan wilayah serta administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Khalifah Bani Umayyah dibantu majelis penasihat dan juga beberapa sekretaris dalam menjalankan roda pemerintahan.
Beberapa sekretaris pada masa Bani Umayyah adalah katib ar-rasail atau sekretaris yang bertugas di bidang administrasi dan surat menyurat.
Katib al-Kharrah, sekretaris yang bertugas di bidang penerimaan dan pengeluaran negara.
Katib al-Jundi, sekretaris yang bertugas penyelenggaraan di bidang ketentaraan.
Katibasy-syurtah, bertugas dalam bidang penyelenggaraan keamanan dan ketertiban umum.
Katib al-Qudat, bertugas di bidang penyelenggaraan ketertiban hukum melalui badan peradilan dan hakim setempat.
Selain itu, Bani Umayyah juga berjasa di bidang pemerintahan.
Khalifah Mu’awiyah mendirikan dinas pos, menertibkan Angkatan bersenjata, mencetak mata uang dan jabatan qadhi (hakim) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.
Diriwayatkan dalam Kitab Tarikh Khulafa’ karya Imam as-Suyuthi, bahwa pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, mata uang dinar pertama kali dicetak dan menuliskan ayat-ayat Alquran di atasnya.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga memberlakukan Bahasa Arab menjadi Bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik dibangun panti-panti bagi penyandang disabilitas, membangun jalan raya, pabrik-pabrik, Gedung pemerintahan serta masjid-masjid yang megah.
Sedangkan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz memprioritaskan pembangunan dalam negeri.
Ia juga berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah dan membebaskan penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya.
Umar bin Abdul Aziz kerap disebut sebagai khalifah kelima setelah Ali bin Abi Thalib karena keteladanannya, memperingan pajak dan menyejajarkan kedudukan mawali (non-Arab) dengan muslim Arab.
Kemajuan di Bidang Sosial dan Budaya
Bani Umayyah telah membuka relasi antarbangsa muslim Arab dengan negara-negara yang terkenal memiliki tradisi luhur seperti Persia, Mesir dan Eropa.
Sehingga terjadi peningkatan di bidang seni dan budaya. Dalam hal seni bangunan atau arsitektur misalnya, Dinasti Umayyah mencapai pencapaian yang gemilang.
Seperti dibangunnya Dome of The Rock (Qubah ash-Shakira) di Yerusalem yang hingga kini masih menjadi monument yang ikonik.
Pada masa ini juga terlahir sastrawan-sastrawan besar seperti Umar bin Abi Rabi’ah, Tuwais, Ibnu Suraih dan Al-Garidh.
Selain itu, Sibawaih, Sang Bapak Ilmu Nahwu, yang Menyusun buku tata Bahasa Arab pertama berjudul Al-Kitab juga hidup pada masa ini.
Seni ukir juga mengalami perkembangan yang cukup menonjol yaitu penggunaan khat Arab sebagai motif ukiran atau pahatan.
Perkembangan seni ukir tersebut dapat dilihat di dinding-dinding masjid dan tembok-tembok istana yang dibangun pada masa ini.
Salah satu seni ukir yang monumental adalah ukiran dinding Qushair Amrah di Istana Mungil Amrah, istana musim panas di daerah pegunungan yang terletak sekitar 50 mil sebelah timur Amman.
Meski tidak sepopuler atau segemerlap kemajuan Islam di masa Bani Abbasiyah, namun peradaban Islam masa Bani Umayyah menjadi suatu tonggak sejarah yang harus dipahami oleh umat muslim. []