Kelompok Muslim Australia Serukan Perubahan Penggunaan Istilah Terorisme Guna Kurangi Stigma
HIDAYATUNA.COM, Australia – Sebuah kelompok advokasi Muslim mendesak pemerintah federal untuk berhenti menggunakan istilah “bermotivasi agama” untuk menggambarkan terorisme dan ekstremisme, dengan mengatakan bahwa hal itu memicu sikap negatif terhadap Muslim Australia.
Jaringan Advokasi Muslim Australia (AMAN) mengatakan Indeks Kohesi Australia terbaru menunjukkan bahwa umat Islam menghadapi lebih banyak prasangka dibandingkan kelompok ras atau agama lain di negara ini.
Menurut indeks tersebut, hanya 25 persen warga Australia yang memiliki pandangan positif terhadap Muslim, sementara 29 persen memiliki pandangan negatif, demikian yang dilaporkan Australian Muslim Times.
AMAN mengatakan, masih adanya asosiasi Islam dengan terorisme di benak masyarakat merupakan faktor utama di balik permusuhan ini.
Dikatakan bahwa meskipun pemberitaan media terkait Daesh menurun, stigma tersebut tetap ada.
AMAN mengimbau Jaksa Agung Mark Dreyfus merevisi definisi hukum terorisme dan ekstremisme serta menghapus rujukan pada agama.
Dikatakan bahwa hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih saling menghormati dan inklusif bagi seluruh warga Australia.
AMAN juga meminta komunitas Muslim Australia membangun aliansi dengan kelompok lain untuk mendukung perubahan ini.
Dikatakan bahwa pendukung Daesh tidak didorong oleh agama namun oleh motif politik atau ideologi.
Indeks Kohesi Australia mengukur sikap terhadap enam agama besar dan beberapa kelompok ras. Studi tersebut menemukan bahwa orang-orang yang beragama pada umumnya menerima pandangan yang kurang positif dibandingkan orang-orang yang tidak beragama, dengan umat Buddha sebagai kelompok yang paling positif (49 persen) dan umat Islam sebagai kelompok yang paling tidak mendapat pandangan positif (25 persen).
Penelitian ini juga menemukan bahwa orang-orang yang berlatar belakang non-Eropa menerima pandangan yang kurang positif dibandingkan orang-orang yang berlatar belakang Eropa, dengan orang Sudan yang paling rendah (53 persen) dan orang Italia yang paling tinggi (93 persen). []