Kekerasan di Lingkup Pesantren Fenomena Gunung Es
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Tokoh muda Nahdlatul Ulama dan koordinator mata kuliah Religion School of Entrepreneurship and Humanities di Universitas Ciputra Surabaya, Aan Anshori mengungkapkan tindakan kekerasan yang terjadi di lingkup pesantren, disebut seperti “fenomena gunung es”
Hal ini disampaikan setelah adanya kasus penganiayaan santri yang berujung kematian di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur.
Kasus santri tewas di pesantren juga terjadi pada awal Agustus lalu, ketika seorang santri di sebuah pesantren di Banten, meninggal diduga karena dianiaya sesama santri.
“Kasus kekerasan di Pesantren Gontor ini kan mengemuka karena orang tuanya ngomong dan enggak terima. Apa ada jaminan bahwa ini adalah satu-satunya kasus?” ungkap Anshori kepada wartawan BBC News Indonesia, dikutip pada Senin (12/09).
“Aku meyakini bahwa tidak hanya soal Gontor, di institusi pendidikan yang di mana negara jarang hadir, praktik kekerasan fisik itu sangat mungkin seperti fenomena gunung es,” sambungnya.
Lingkup pesantren yang tertutup, senioritas, model pembelajaran yang mentolerir kekerasan dianggapnya sebagai penyebab praktik kekerasan di lingkungan pesantren.
Ia pun mendesak Kementerian Agama untuk membuat “ aturan yang konkrit” yang menekankan “pentingnya setiap pesantren menjadi pesantren yang ramah anak dan perempuan”.
Hingga kini, Kementerian Agama menyatakan masih memproses regulasi pencegahan tindak kekerasan pada pendidikan agama dan keagamaan, setelah sejumlah kasus kekerasan, baik fisik dan seksual, di lingkungan pesantren terekspos oleh media.
Namun Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas beralasan, tidak bisa melakukan intervensi mendalam sebab pesantren adalah lembaga independen yang tidak berada di bawah kementerian agama secara struktural.