Keistimewaan Bilal Bin Rabah, Sang Muazin Sekaligus Sahabat Rasulullah
HIDAYATUNA.COM – Siapa yang tak kenal dengan Bilal bin Rabah? Jika kita mendengar namanya, maka yang langsung terpikirkan adalah bahwa dirinya merupakan seorang mantan budak yang pernah disiksa secara kejam oleh majikannya.
Ia pernah dijemur beberapa hari di tengah gurun pasir yang panas. Tidak hanya dijemur saja, tetapi sebuah batu besar juga diikatkan di perut, serta lehernya juga diikat dengan tali. Kemudian tubuhnya diseret di perbukitan Makkah.
Saat menjadi budak itulah, Bilal bin Rabah sudah masuk Islam. Ia tidak pernah berhenti memohon kepada Allah SWT di tengah penyiksaan yang diperlakukan padanya. Ia tetap teguh untuk selalu berada di jalan Allah SWT.
Hingga suatu hari datanglah Abu Bakar As Siddiq yang memberinya kemerdekaan. Setelah dirinya merdeka, Bilal bin Rabah pun menjadi pengikut Nabi saw dan selalu mengikuti kemana saja beliau pergi.
Ketika Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah yang juga diikuti oleh Bilal, saat itulah Masjid Nabawi di Madinah juga sudah diselesaikan pembangunannya. Dan Nabi saw memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan sebagai tanda datangnya waktu sholat.
Semenjak ditunjuk untuk mengumandangkan azan oleh Nabi saw, Bilal bin Rabah akhirnya dijuluki sebagai Muadzin ar-Rasul sekaligus juga sebagai muazin yang pertama di dalam Islam.
Sebagai salah satu hamba Allah SWT yang terbaik, hal ini pun tidak terlepas dari keistimewaan seorang Bilal bin Rabah sebagai umat Islam. Oleh karena itu, jika kita mencintai Nabi saw, maka akan lebih baik jika kita juga mengenal sahabat-sahabat beliau, termasuk Bilal bin Rabah.
Lalu, apa saja keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Bilal bin Rabah yang membuatnya sangat dicintai oleh Allah SWT dan Nabi saw?
Meski Disiksa, Imannya Tetap Kuat
Inilah salah satu hal yang membuat Bilal bin Rabah menjadi hamba terbaiknya Allah SWT. Bukan hal yang mudah ketika kita dihadapkan pada suatu ujian yang sangat berat, kemudian kita tetap berpegang teguh pada ajaran Islam meski sudah diiming-imingi dengan suatu kenikmatan.
Bilal bin Rabah mampu membuktikan bahwa selama dirinya disiksa dan dipaksa agar meninggalkan agama Islam, ia tetap mempertahankan imannya.
Sikap istiqomah inilah yang patut kita tiru. Semua perjuangannya tidak sia-sia karena kemudian Allah SWT mendatangkan orang sebaik Abu Bakar As Siddiq untuk memerdekakannya dan menjadi pengikut jalan Allah SWT.
Muazin Pertama Dalam Sejarah Islam Dengan Suara Merdunya
Orang yang mengumandangkan azan atau muazin dijanjikan akan mendapat pahala yang sangat besar. Sebagaimana hadist riwayat Bukhari dan Muslim:
“Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian.”
Hadist tersebut begitu jelas betapa besarnya pahala yang akan diperoleh oleh seorang muazin. Nikmat inilah yang didapatkan oleh seorang Bilal bin Rabah. Dirinya juga dianugerahi Allah SWT dengan suara yang merdu dan lantang.
Saat pertama mendengar suara azan Bilal, Nabi saw sudah langsung dibuat kagum hingga akhirnya Bilal pun menjadi muazin yang pertama di dalam sejarah Islam.
Bilal Dapatkan Jaminan Surga
Siapa yang tidak ingin merasakan nikmatnya surga? Bahkan semasa kita hidup, tidak ada yang tahu siapa yang akan masuk surga. Mengingat betapa banyaknya dosa yang sudah pernah kita perbuat.
Namun, berbeda dengan Bilal bin Rabah yang pernah dipanggil oleh Nabi saw akan jaminan surga bagi dirinya. Nabi saw bersabda:
“Wahai Bilal, aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu.”
Semenjak itulah Bilal semakin rajin beribadah dan menjalankan setiap perintah Allah SWT dan Nabi saw. Bahkan dirinya juga turut mengamalkannya pada orang lain yang membuat Bilal menjadi teladan baik.
Bilal Didatangi Oleh Rasululah Setelah Wafat
Bisa bertemu kembali dengan Rasulullah saw setelah beliau wafat adalah suatu kebahagiaan yang tiada tara. Hal inilah yang dirasakan oleh Bilal bin Rabah.
Rasulullah saw tidak hanya menyayangi Bilal semasa hidupnya saja. Bahkan setelah Nabi saw wafat juga masih sangat menyayangi Bilal. Hal tersebut dibuktikan melalui mimpi yang dialami Bilal. Di mana Nabi saw bersabda:
“Apakah arti ketidakramahan ini hai Bilal? Tidakkah engkau hendak mengunjungiku sekarang?”
Namun, belum sampai Bilal menjawabnya, dirinya sudah bangun terlebih dahulu dan segera mengunjungi makam beliau di Madinah. Bilal berada di dekat pusara beliau dan menunjukkan betapa rindunya ia dengan Rasul mulia ya dicintainya tersebut.
Melalui keistimewaan seorang Bilal bin Rabah inilah kita bisa belajar banyak sekali mengenai ketaatan dan keistiqomahan di dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasulullah saw.
Bahkan hingga maut menjemput Nabi saw pun, Bilal tidak pernah meninggalkan setiap ajaran beliau dan tetap merindukan sosok Nabi saw yang sangat menyayanginya.