Kecanduan Media Sosial, Bagaimana Perspektif Islam?

 Kecanduan Media Sosial, Bagaimana Perspektif Islam?

Kecanduan Media Sosial, Bagaimana Perspektif Islam?

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Belakangan ini, masyarakat media sosial dikabarkan dengan sebuah aplikasi baru yang mirip dengan Twitter, “Threads.”

Aplikasi ini hampir sama dengan Twitter yang menawarkan ruang untuk berbagi, menulis, dan memposting foto. Saya belum menemukan perbedaan dengan Twitter.

Yang jelas, aplikasi ini tidak membatasi ruang bagi para pengguna untuk berbagi, memposting apapun seperti Twitter yang baru-baru ini terjadi.

Terlepas dari adanya aplikasi baru yang bisa digunakan oleh pengguna, ruang untuk berbagi dan bercerita kita semakin luas.

Pengguna media sosial semakin leluasa untuk memanfaatkan media sosial sebagai ruang untuk berbagi dan bercerita di berbagai platform.

Namun, dampak negatif yang ditimbulkan dari banyaknya ruang untuk berbagi di berbagai platform media sosial adalah potensi untuk kecanduan media sosial.

Karakteristik yang mempengaruhi munculnya perilaku kecanduan media sosial adalah salience, mood modification, tolerance, withdrawal, conflict, dan relapse.

Gejala ini bagi pecandunya sangat menggangu kehidupan pribadinya bahkan membuat kehidupannya tidak normal seperti manusia pada umumnya.

Ia terus dihantui dengan media sosial dan memiliki ketergantungan terhadap handphone karena merasa tidak hidup apabila tidak menggunakannya.

Gejala kecanduan di media sosial ini bisa kita lihat intensitas untuk berbagi ke publik yang menyebabkan seseorang mengalami oversharing.

Fenomena oversharing ini bisa dilihat seberapa besar kita berbagai kehidupan pribadi di media sosial, termausk cerita tentang kesedihan, kebahagiaan, masalah pribadi bahkan untuk memamerkan kehidupan dirinya.

Sikap ini perlu kita hindari mengingat bahwa, pertemanan di media sosial tidak seperti berteman dan bertemu secara langsung.

Secara karakter, latar belakang setiap orang sebagian besar diketahui.

Oversharing ini menjadi gejala seseorang takut ketinggalan dengan orang lain. ingin melihat kehidupan pribadinya diketahui oleh semua orang dan merasa paling bahagia ketika berbagi tentang kehidupan yang menyenangkan.

Tidak hanya itu, oversharing ini juga berbagai tentang masalah pribadinya dan membuat kegaduhan di media sosial sehingga tidak ada ruang privasi antara dirinya dengan media sosial.

Sebab semua orang mengetahui kita dari media sosial karena keseringan berbagi banyak hal.

Apakah dampaknya sangat buruk? Tentu. Secara psikologis ini berdampak pada kesehatan mental karena merasa tidakpuas dengan segala hal yang dilakukan.

Sementara itu, jumlah like dan komentar menjadi tolok ukur kepuasaan dalam diri sehingga selalu mencari afirmasi agar bisa disukai dan mendapatkan komentar sangat banyak.

Gejala ini sebenarnya ada dalam setiap pengguna media sosial. Namun, apabila dimiliki dalam batas wajar dan masih bisa kendalikan, menurut hemat penulis tidak masalah.

Yang bermasalah justru sikap oversharing yang menciptakan ketiadaan sekat antara ruang pribadi dan media sosial.

Ini Dia Menurut Pandangan Islam

Dalam hadis Rasulullah dijelaskan bahwa, ada dua keuntungan yang banyak orang mengabaikannya, yakni kesehatan dan waktu luang.

Hadis ini diriwayatkan oleh H.R Bukhari. Waktu sehat ataupun waktu luang yang kita miliki penting untuk dimanfaatkan dengan baik pengunaan media sosial dalam rentang waktu yang berlebihan, sehingga menciptakan seseorang abai terhadap kewajiban, dan tidak menunaikannya merupakan pekerjaan menyia-nyiakan waktu.

Fenomena ini sejalan dengan hadis di atas bahwa, kita cenderung tidak sadar dengan perilaku yang sedang kita jalani yakni melakukan hal-hal tidak bermanfaat.

Padahal, media sosial adalah ruang maya yang justru, kita tidak bertemu langsung dengan teman-teman media sosial.

Tapi justru teman-teman ini yang membuat kita lupa dengan kehidupan nyata dan lebih mementingkan kehidupan mereka. Perkembangan teknologi sekarang ini kiranya   menjadikan   pemuda   berpikir   dan memaksimalkan dengan baik.  Telah  kita  ketahui, bahwasanya  media  sosial  sebagai  hasil  dari perkembangan teknologi memiliki banyak dampak atas penggunaanya. Maka dari itu, sudah seyogyanya kita terus mengkaji pengetahuan dari kemudahan yang diciptakan oleh media sosial, bukan malah menyia-nyiakannya.

Menjadi manusia, khususnya anak muda, penting untuk berpikir agar menghabiskan dengan hal-hal bermanfaat, baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Syukur-syukur apabila memanfaatkan media sosial untuk sarana dakwah dan berbagi kebaikan terhadap orang banyak dengan konten yang diciptakan. Namun, apabila media sosial hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tidak penting bahkan tidak berguna, sebaiknya perlu kita pikirkan terlebih dahulu dan terus berefleksi. []

Muallifah

Mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Penulis lepas

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *