Kebun Salman, Bukti Indahnya Hubungan Rasul dan Sahabatnya
Kebun Salman, Bukti Indahnya Hubungan Rasul dan Sahabatnya
Catatan Perjalanan Haji Achmad Shampton Masduqi
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tiada tempat yang bersentuhan dengan Rasulullah kecuali mengalir keberkahan di sana.
Hal inilah yang membuat saya ingin menelusuri jejak-jejak Rasulullah di Madinah disela-sela menyelesaikan tugas.
Di Madinah banyak tempat yang diyakini memberikan keberkahan hingga hari akhir nanti.
Tak jauh dari Bi’rul Ghars, Rasulullah juga meninggalkan jejak tauladan beliau.
Sebuah kebun kurma yang masyhur disebut kebun kurma Salman Al-Farisi. Di area kebun kurma, Rasulullah pernah membantu Salman Al-Farisi untuk membebaskan diri dari perbudakan dengan cara membeli dirinya sendiri atau dalam istilah fikih akad mukatabah.
Salman al-Farisi sesungguhnya adalah seseorang yang merdeka, namun dalam perjalanan pengembaraan spiritualnya ia ditipu oleh Bani Kalb dan ia dijual kepada seorang Yahudi.
Di era jahiliyah hal ini biasa terjadi. Maka di era Rasulullah, perbudakan hanya boleh terjadi akibat peperangan agama.
Itupun Islam mempermudah seseorang dimerdekakan agar tidak lagi menjadi budak.
Islam menghapus perbudakan dengan cara yang sangat elegan dan santun. Betapa banyak pelanggaran-pelanggaran agama yang harus didenda dengan pembebasan budak.
Karena statusnya sebagai budak ini, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Said dalam Thabaqat Qissah Gharsi Nabi linahli bi yadihi fil Bustan, Salman al-Farisi tidak dapat mengikuti perang Badar maupun perang Uhud. Rasulullah memerintahkan Salman al-Farisi untuk ber akad kitabah kepada tuannya.
Kepada pemiliknya, Salman al-Farisi berjanji akan menanam 300 benih pohon kurma dan menyerahkan 40 uqiyah (1 uqiyah setara dengan 119 gram perak.
Jadi 40 uqiyah sama dengan 4,76 kg perak), sebagai harga yang harus dibayar untuk kemerdekaannya. Dan sang tuan menyetujui itu.
Rasulullah kemudian memerintahkan para sahabat untuk membantu salman mengumpulkan 300 benih bohon kurma.
Ada yang berdonasi 30, 20,15 dan 10 benih hingga kemudian terkumpul 300 benih.
Setelah terkumpul, Semua benih dikumpulkan dan Rasulullah memegangnya.
Dan tidak ada satupun dari bibit itu yang mati. Rasulullah kemudian memerintahkan agar Salman segera di tebus.
Rasulullah bersama para sahabat menanam bibit kurma itu. Dan kurma-kurma yang ditanam oleh Rasulullah langsung berbuah dalam setahun.
Padahal umumnya bibit kurma yang ditanam butuh minimal 5 tahun untuk kemudian berbuah.
SetelahSalman al-Farisi memenuhi persyaratan kebun kurma, ia masih harus memberikan 40 uqiyah kepada pemiliknya.
Rasulullah pun kemudian mendatangi Salman al-Farisi dengan membawa emas sebesar telur ayam.
Salman menerimanya dan kemudian membayarkannya kepada sang majikan.
Maka sejak itu, Salman al-Farisi menjadi manusia yang merdeka, tidak lagi menyandang status budak.
Maka sejak itu Salman al-Farisi tidak pernah terlewat dari peperangan dalam menegakkan Islam bersama Rasulullah.
Perjalanan mengunjungi tempat yang sekarang masyhur disebut kebun salman ini secara dzahir tidak ada beda dengan kebun kurma yang lain.
Hanya saja disana terdapat sumur tebusan yang menjadi bukti sejarah bagaimana Rasulullah menebus sahabatnya.
Dari kebun Salman ini kita belajar bagaimana Rasulullah mengajarkan secara langsung bahwa sayyidul ummah khodimahum, pemimpin suatu kelompok yang sesungguhnya adalah pelayan kelompok itu.
Seorang pemimpin bukan mereka yang selalu dilayani tetapi berupaya melayani kelompoknya dan membantu mencarikan solusi bagi masalah-masalah yang ada.
Inilah yang terjadi di banyak dunia Pesantren, para kyai yang menjadi waratsatul anbiya’ mengorbankan banyak harta bendanya untuk para santrinya.
Bahkan Kyai menganggap para santrinya sebagai anak hingga anak-anak kandung Kyai dipanggil kakak dengan sebutan Gus/Mas yang artinya kakak atau Ning yang artinya juga kakak.
Karena Pendidikan bagi orang-orang pesantren bukanlah lahan bisnis tetapi media mendekat pada Allah.
Memandang para santri sebagai bagian dari para Kyai sebagaimana Rasulullah memandang Sahabatnya seperti anak kandungnya sendiri.
Secara khusus kepada Salman Rasulullah bersabda: “salman minna ahlal bait” salman bagiku adalah keluargaku.
Rindangnya pohon kurma disela sengatan panas matahari menjadi bukti sejarah betapa indahnya hubungan Rasulullah dan para sahabat.
Wallahu a’lam. []