Karamah Tuan Guru Sekumpul
HIDAYATUNA.COM – Tuan Guru Sekumpul adalah ulama kharismatik yang memiliki nama asli Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Gani. Beliau adalah pemimpin tarekat Samaniyah, mubaligh dan penulis kitab. Ia dilahirkan pada 1942 di desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf dan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulya. Ia merupakan keturunan kedelapan dari ulama besar Banjar, Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Tuan Guru lahir dengan nama Ahmad Qusyairi. Setelah lahir ia dan keluarganya pindah ke Kmapung Keraton, Martapura. Qusyairi kecil selalu didampingi oleh ayahnya dan neneknya yang bernama Salbiyah untuk belajar Al-Qur’an dan ajaran-ajaran luhur keislaman. Sejak kecil beliau selalu diajarkan untuk mencintai ulama. Di usia 7 tahun beliau sudah menghafal Al-Qur’an, dan di usia 9 tahun, beliau sudah hafal Tafsir al-Jalalain, tafsir Al-Qur’an yang dikarang oleh dua ulama besar asal Mesir, Jalaluddin al-mahalli dan al-Suyuthi.
Qusyairi kecil memulai pendidikan formalnya pada tahun 1949 di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura yang kemudian melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah. Di masa sekolah inilah namanya berubah menjadi Muhammad Zaini. Setelah lulus Madrasah Tsanawiyah, ia terus melanjutkan pemburuan ilmunya ke banyak alim ulama rujukan umat di zamannya ke berbagai wilayah.
Zaini muda kemudian berangkat ke Makkah untuk belajar agama kepada beberapa ulama terkenal di sana. Adapun para ulama yang menjadi gurunya antara lain Kyai Falak (Bogor), Syeikh Yasin bin Isa al-Fadani (ulama asal Padang yang berdomisili di Makkah), Syeikh Hasan al-Masya (tokoh ulama yang juga tinggal di Makkah), Syeikh Ismail al-Yamani (Tokoh ulama yang berasal dari Yaman dan tinggal di Makkah), Syeikh Abdul Qadir al-Baar. Syeikh Ali Junaidi bin Qadhi Muhammad Amin bin Mufti Jamaludin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh Tuan Guru Muhammad Syarwani Abda, dan al-Allamah Syeikh Muhammad Amin Kutbi.
Selesai belajar di Makkah pada 1970, beliau membuka sendiri pengajian di rumahnya, di Kampung Keraton. Awalnya yang diajarkan adalah nahwu sharaf, namun seiring berjalannya waktu karena yang hadir semakin beragam, maka beliau mulai menggantinya dengan Simtudduror dan Maulid al-Barzanji lalu membaca beraneka macam kitab. Dan jumlah muridnyna semakin bertambah dari hari ke hari. Di tahun 1990-an, beliau memindahkan pengajiannya ke Desa Sekumpul, disana beliau merintis pembangunan musholla Ar-Raudhah. Pengajian terus dilakukan sejak 1990-an hingga wafatnya beliau di tahun 2005. Dari sinilah panggilan Tuan Guru Sekumpul didapatnya.
Tuan Guru Sekumpul merupakan perintis dari pembacaan Maulid Simtud-Durar atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Habsyi di Kalimantan. Ia juga termasuk seorang Tuan Guru yang memperhatikan kesejahteraan jamaahnya. Pada waktu-waktu tertentu, ia mengundang dokter-dokter spesialis untuk memberikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai, seperti spesialis jantung, paru-paru, THT, mata, ginjal dan penyakit meluar maupun penyakit dalam. Selain kesehatan, ia juga sangat peduli terhadap kebersihan. Ia juga tidak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk memberi konsumsi bagi para jamaahnya.
Tuan Guru Sekumpul adalah satu-satunya ulama di Indonesia yang diperbolehkan untuk membaiat Tarekat Sammaniyah. Oleh karena itu, banyak jamahnya yang datang kepadanya, bahkan dari luar Kalimantan, seperti Jawa dan luar negeri untuk mengambil baiat tersebut. Murid-murid yang mengikuti pengajiannya tidak kurang dari puluhan ribu orang yang datang dari berbagai penjuru daerah Kalimantan Selatan dan sekitarnya.
Ini terlihat dari majelis pengajiannya yang dikunjungi oleh puluhan ribu kaum muslimin pada setiap hari kamis sore sampai malam jum’at dan hari ahad sore sampai malam senin. Adapun pada hari sabtu pagi, khusus disediakan untuk ibu-ibu kaum muslimat. Tuan Guru Sekumpul tidak hanya terpandang sebagai seorang ulama yang pandai dalam berdakwah secara lisan, tetapi juga banyak menghasilkan karya yang semuanya berbahasa Arab. Beberapa karyanya adalah Risalah Mubarakah, Manakib Asy-syeikh Muhammad Samman al-Madani dsb.
Karamah (Keajaiban di luar nalar) Tuan Guru
Tuan Guru Sekumpul juga dikenal karena karamahnya. Misalnya, beliau dikenal sudah memiliki kemmapuan kasyah hissi sejak usia 10 tahun, yaitu mendengar apa yang ada di dalam atau yang di tutupi dinding.
Dikisahkan, bahwa masyarakat pernah mengadu kepada beliau karena kemarau yang melanda dan hujan yang tidak kunjung turun. Lalu beliau menggoyangkan pohon pisang beberapa kali dan kemudian turunlah hujan. Kisah lain menceritakan waktu beliau masih memberikan pengajian di Kampung Keraton, ia sedang bercerita tentang kesalihan ulama-ulama dan sampailah pada cerita buah rambutan. Ia lalu memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan keluarlah buah rambutan, padahal saat itu belum memasuki musim buah rambutan.
Namun beliau menegaskan bahwa karamah terbaik adalah istiqomah di jalan Allah swt. Karena itu, beliau menasihati agar jangan tertipu dengan keanehan-keanehan dan berfikir untuk mengamalkan wirid atau ibadah tertentu agar memiliki karmah tersebut. Karena hakikatnya, karamah itu anugrah, bukan keahlian.
Wasiat Tuan Guru
Ada tiga belas wasiat yang ditinggalkan oleh Tuan Guru Sekumpul untuk perbaikan umat di masa depan. Ketiga belas wasiat itu adalah :
- Selalu berpegang teguh pada ajaran Allah swt.
- Menghormati serta menjunjung tinggi kedua orang tua serta para alim ulama
- Berbaik sangka terhadap sesama muslim
- Murah hati
- Murah harta
- Manis muka
- Jangan menyakiti hati orang lain
- Mudah memaafkan kesalahan orang lain
- Jangan saling bermusuhan
- Jangan tamak
- Selalu yakin keselamatan itu kepada kebenaran
- Jangan merasa lebih baik dari orang lain
- Jangan melayani orang yang dengki kepada kita, serahkan semua kepada Allah
Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Gani meninggal pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun. Ia didiagnosa mengalami gagal ginjal dan sempat dirawat ke rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama sepuluh hari.