Jawaban Menag Soal Pendekatan Militer Dalam Upaya Deradikalisasi

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan apakah strategi yang digunakan untuk upaya deradikalisasi di Indonesia dengan pendekatan militer, mengingat dirinya berlatar belakang militer.
Menag menilai terkadang ada yang keliru dalam memahami bahwa pendekatan miiteristik yang dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Padahal, kata dia, dalam bertugas kegiataannya seputar penggalangan, merangkul semua orang, dan pengakuan teritorial.
“Kadang-kadang orang salah ya, pendekatan militeristik itu dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Padahal di mana saja kita tugas pasti kegiatannya penggalangan, merangkul semua orang, pengakuan teritorial. Enggak ada kita di suatu tempat ngumpulin orang terus nembakin orang,” ungkap Menag.
“Saya pernah bertugas di United Nations, saya dan tentara-tentara lainnya bertugas untuk menjaga perdamaian. Jadi, jangan kaitkan militer itu dengan menembak, memukul, enggak ada itu. Sudah tidak laku itu,” imbuhnya.
Menag pun tidak memungkiri bahwa ada piha yang mengkhawatirkan jika pendekatan militer itu diguakan dalam upaya deradikalisasi di Indonesia.
“Ada pihak yang mengkhawatirkan… Enggak ada kok, kalau ada ya silakan menghadap saya, dengan senang hati,” tukas Menag.
Perihal komentar beberapa pihak tentang kebijakan Menag tentang sertikasi penceramah yang dinilai mirip dengan cara-cara pemerintahan orde baru (orba), Purnawirawan TNI ini tegas mengatakan sama sekali tidak serupa dengan kebijakan di masa Orba.
“Enggak Orba. Siapa yang enggak mau silakan, engga ada yang wajib kok. Tapi dengan begitu setiap penceramah itu kita ajak untuk berwawasan kebangsaan,” jelasnya.
Menag pun bersikukuh bahwa rancangan kebijakannya seperti tentang penceramah bersertifikat hingga larangan ASN memakai celana cingkrang atau cadar itu demi kebaikan. “Kalau ngomong soal Muslim saya paling concern, dari kecil sudah di dunia Islam,” akunya.
Terkait dampak dari kebijakan itu ada kelompok Islam yang dimusuhi, Menag menilai itu hanya muncul dari sejumlah orang yang berpikiran salah. “Itu pasti satu dua orang yang berpikiran salah, tapi saya ngomong di mana-mana tidak ada masalah… Saya mengangkat Islam yang Rahmatan lil alamin, Islam yang rahmat bagi alam semesta. Mana, ada orang yang ketakutan?,” katanya.
“Coba saja datang ke saya, pasti ketawa-ketawa. Ada yang bilang ke saya, “Pak di sana ada kelompok seperti itu”. Tapi pas saya datang, luar biasa sambutannya. Ada juga yang bilang “Bapak dimusuhin di sana”. (Tapi ketika) saya datang ke sana, luar biasa, kiainya sampai nuntun saya,” imbuhnya. (AS/HIDAYATUNA.COM)