Janganlah Merusak Kopi

 Janganlah Merusak Kopi

Meneladani Sisi Wara’ Imam Dawud Azh-Zhahiri (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Seorang dosen senior biasa mengundang ‘mantan’ mahasiswanya setiap angkatan ke rumahnya. Para mahasiswanya ini sudah berhasil di berbagai lapangan pekerjaan. Ada yang jadi pejabat penting negara.

Ada yang menjadi dokter. Ada yang menjadi expert di bidangnya, dan sebagainya. Secara materi tentu mereka sangat mapan.

Suatu hari, beberapa mahasiswanya yang telah berhasil di berbagai bidang datang mengunjunginya.
Setelah berbasa-basi dan menanyakan kabar masing-masing, mereka mengeluhkan tekanan dunia kerja yang mereka hadapi.
Mereka merasa hidup mereka tidak seberuntung orang lain. Hal itu yang membuat mereka sering merasa depresi.
Sang dosen minta izin sebentar ke belakang. Ia menyiapkan hidangan sederhana untuk para tamunya; murid-muridnya.
Ia siapkan kopi hangat untuk mereka. Kopi itu dimasukkan ke dalam cerek yang besar. Ia siapkan juga gelas-gelas berukuran sedang dalam berbagai bentuk di sebuah nampan.
Gelas itu ada yang mahal dan menarik. Ada yang sedang dan biasa-biasa saja. Ada yang sudah usang.
Ia menghidangkan kopi itu pada mereka. Dengan penuh ramah ia berkata,
“Silahkan dinikmati kopinya. Silahkan ambil sendiri gelasnya dan tuangkan kopi sesuai selera. Maaf, hanya ini yang bisa Bapak hidangkan.”
Mereka memandangi gelas-gelas itu lalu mengambilnya untuk dituangi kopi.
Dengan penuh arif, sang Dosen berujar:
“Tahukah kalian kenapa kalian sering merasa depresi? Kenapa kalian merasa hidup kalian tidak seberuntung orang lain?
Tadi ketika Bapak menghidangkan kopi dan meletakkan gelas-gelas ini, pandangan kalian tertuju pada gelas-gelas yang mahal dan indah.
Ketika kalian mendapatkan gelas yang biasa atau yang usang kalian merasa iri pada teman kalian yang mendapatkan gelas yang mahal dan indah.
Padahal yang kalian perlukan sebenarnya bukan gelas, melainkan kopinya. Apapun jenis gelasnya, harga dan mereknya, itu semua tidak mempengaruhi rasa kopi. Hanya sayangnya kita lebih mementingkan gelas daripada kopinya.
Hidup ini adalah kopi. Sementara profesi, pekerjaan, status sosial, kekayaan, paras dan sebagainya, semua itu hanyalah gelas.
Maka jangan rusak kopi hanya karena memperebutkan gelas.” []

Yendri Junaidi

Pengajar STIT Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah Padang Panjang. Pernah belajar di Al Azhar University, Cairo.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *