Jangan Mudah Bawa-Bawa NU

 Jangan Mudah Bawa-Bawa NU

Inilah Kitab Syarah Hujjah Aswaja, Fikrah dan Amaliah NU (Ilustrasi/Wikipedia)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Saya ini kontributor resmi NU Online, situs resmi NU yang secara tidak langsung kontributornya menyuarakan “suara resmi NU” (beda dengan penulis lepas yang mengunggah tulisannya di kolom opini pembaca).

Namun saya sekarang jarang menulis lagi di sana sebab satu alasan yang bagi saya prinsip, yakni saya belakangan ini sering ingin menulis sebagai diri saya sendiri tanpa harus dikaitkan dengan NU.

Meskipun tentu saja bila membawa-bawa nama NU akan mudah mengangkat nama saya, tapi masa bodoh dengan popularitas.

Mengapa demikian? Sebab memang yang saya tulis beberapa tahun di medsos ini adalah pikiran saya sendiri dengan gaya bahasa saya sendiri.

Saya mau berpendapat apa pun, itu dari pikiran saya. Saya mau bilang si fulan atau fulan orang sesat atau orang bodoh, itu pikiran saya.

Kadang saya blak-blakan mengkritik kalangan tertentu dengan bahasa yang bikin panas dan mungkin dianggap provokatif, itu dari saya sendiri.

Kalau saya bawa-bawa NU dalam hal begini, saya khawatir akan merusak nama NU yang misinya memperjuangkan Ahlussunnah wal Jamaah.

Saya tidak mau ketika kesimpulan saya salah atau tulisan saya dianggap kasar kemudian NU yang dicela.

Yang salah saya, yang kasar itu saya, maka biar pembaca menyalahkan saya saja jangan NU-nya.

Apabila saya menulis di media resmi yang merepresentasikan NU semisal NU Online atau Majalah Aula, pembaca yang mengikuti tulisan saya pasti bisa membedakan gaya bahasa yang saya gunakan antara tulisan resmi itu dan di medsos.

Dalam tulisan resmi, saya hanya memakai pendapat resmi para ulama yang memang jadi rujukan NU, yakni ulama empat mazhab dalam fikih, ulama Asy’ariyah-Maturidiyyah dalam akidah dan madrasah Imam Junaid dan Imam Ghazali dalam bidang tasawuf.

Referensinya pasti saya sebutkan lengkap. Gayanya juga halus seperti halnya tulisan para rujukan NU. Kalau di medsos, suka-suka saya mau menulis bagaimana.

Sebab itu saya paling tidak suka jika ada orang NU yang gampang sekali bawa-bawa NU dalam hal yang sebenarnya bukan urusan NU dan bukan putusan resmi NU.

Ketika misalnya dia punya dendam pada kelompok tertentu, dia menyebut-nyebut nama NU seolah NU ikut punya dendam.

Ketika dia antipati pada ratibul haddad misalnya, dia bawa-bawa NU seolah NU juga antipati pada ratibul haddad.

Saya paling tidak suka nahdliyin pengecut yang tidak berani berdiri dengan namanya sendiri dalam masalahnya sendiri semacam itu! []

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *