Jangan Membantu dengan Mengharapkan Balasan
HIDAYATUNA.COM – Tolong menolong sudah menjadi tradisi umat Muslim, khususnya di Indonesia. Dalam membantu Islam tidak menganjurkan untuk mengharapkan balasan.
Sebuah kisah perihal mengharapkan balasan ketika membantu ini dialami oleh Perdana Menteri Iraq, Pasya Nuri Sa’id. Dia biasa memangkas rambut pada salah seorang tukang pangkas di sudut kota Baghdad.
Tukang pangkas tersebut memiliki seorang anak laki-laki. Setiap kali Pasya Nuri memangkas rambut, anak ini sudah siap dengan handuk di tangannya.
Setelah Pasya Nuri selesai pangkas, ia segera memberikan handuk tersebut pada sang Perdana Menteri. Ia berharap agar sang Perdana Menteri memberikan uang tips padanya.
Beberapa tahun berlalu. Anak ini pun tamat dari sekolah menengah atas.
Seperti biasa, Pasya Nuri datang untuk memangkas rambut di tempat tersebut. Setelah selesai, ia lalu memberikan uang tips pada remaja tersebut.
Tapi remaja itu menolak. Pasya heran. Padahal biasanya ia selalu menerima uang tips darinya.
Tukang pangkas yang merupakan ayah remaja itu datang menghampiri Pasya Nuri dan berkata, “Saya mohon tips untuk anakku kali ini adalah Tuan menerimanya di kuliah militer.”
Mendengar permintaan itu Pasya Nuri berkata, “Saya bisa menerima anakmu untuk kuliah di mana saja selain kuliah militer. Ia telah terbiasa menerima uang tips. Saya khawatir kalau kelak ia menjadi perwira ia akan menjual negeri ini karena mendapat ‘tips’.”
Apa yang dikatakan Pasya Nuri itu masih banyak terjadi di kepemimpinan saat ini. Orang-orang penting itu kerap kali ringan tangan untuk membantu namun mengharapkan balasan atas jasanya.
Bisa jadi kebiasaan mengharap balasan itu berakar sejak mereka kecil. Hal itu pun akan terbawa sampai mereka dewasa dan bekerja di sebuah lembaga/instansi.
Sebab itulah Islam menganjurkan apabila Anda ingin membantu, maka bantulah dengan penuh keikhlasan. Sebab mengharap balasan sejatinya hanyalah pada Allah SWT.