Jadikanlah Ibadah Sebagai Kebutuhan Pokok

 Jadikanlah Ibadah Sebagai Kebutuhan Pokok

Tahajud Sebelum Tidur, Apakah Boleh? (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Ibadah dalam agama Islam sangat banyak macamnya, baik itu ibadah secara mahdhah (langsung kepada Allah Swt). Seperti salat, puasa dan lain sebagainya, ataupun ibadah ghairu mahdhah (sosial) seperti, sedekah, infak dan lainnya.

Sudah menjadi kebiasaan manusia senang menunda-nunda suatu urusan dan amal ibadah. Bahkan tidak sedikit manusia yang akan bergerak atau melakukan ibadah pada saat sudah mepet waktunya.

Allah sengaja mengikat atau membatasi amal taat dengan waktu yang ditentukan. Apabila waktu ibadah tidak ditentukan sudah dapat dipastikan bahwa manusia akan menunda-nunda ibadahnya. Oleh sebab itu Allah memberi kelonggaran kepada hambanya supaya bisa beribadah diwaktu-waktu itu.

Allah juga mengetahu kekurangan manusia dalam hal semangat untuk beribadah kepada-Nya. Maka Allah memaknai ibadah tersebut dengan rantai kewajiban, hal itu tidak lain dan tidak bukan karena sifat rahman dan rahim-Nya.

Manusia melakukan ibadah seperti halnya salat pada dasarnya untuk diri mereka sendiri. Artinya, apabila manusia tidak beribadah kepada Allah, hal itu juga tidak berdampak kepada-Nya. Baik dari segi apa pun dan juga tidak menurunkan derajat Allah sebagai tuhan semesta alam.

Akan tetapi Allah berjanji kepada hamba-hambanya berbeda dengan janji manusia yang bisa saja diingkari. Janji Allah bersifat pasti dan tidak akan mengingkari atau melupakan janji tersebut.

Seperti firman Allah yang berbunyai:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah” (Q.S Fathir: 5).

Salat Ibarat Makanan Sehari-hari

Seseorang yang sudah menganggap bahwa ibadah merupakan suatu kebutuhan primer (pokok), seperti halnya makan sehari-hari.

Tanpa diperintah pun seorang yang sedang kelaparan pasti akan makan. Maka dia apabila meninggalkan ibadah tersebut hatinya akan tidak tenang dan dilanda kegelisahan.

Syeih Abul Hasan as-Syadzily ra pernah berkata, “Hendaknya engkau mempunyai suatu wirid (amalan) yang tidak engkau lupakan selamanya. Yaitu mengalahkan hawa nafsu dan cinta kepada Allah SWT.”

Hendaknya seseorang menganggap bahwa ibadah bukanlah suatu beban akan tetapi seuatu kebutuhan. Terkadang salat sendiri banyak orang yang memaknainya sebagai amalan yang memutuskan dan menggaanggu.

Misalnya banyak yang menganggap kegiatan seseorang seperti pada rapat, bekerja dan sebagainya terhalang oleh salat. Padahal tidak demikian mestinya.

Manusia sendiri tersusun dari tiga unsur dalam dirinya, diantaranya ialah, jasmani (fisik), akal, dan rohani (hati). Semua unsur tersebut memiliki kebutuhan dan kegunaaan masing-masing.

Menyucikan Diri dengan Ibadah

Jasmani kebutuhan pokoknya adalah makan dan minum, dan unsur yang pertama ini digunakan sebagai penopang tubuh. Dengan fisik yang kuat dan sehat kita akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan lancar, seperti berjalan, tidur dan berolahraga.

Untuk unsur yang kedua adalah akal. Kebutuhan pokok dari akal adalah ilmu, dan ilmu bisa didapat menggunakan akal. Hal ini juga menjadi perbedaan yang paling menonjol antara manusia dengan makhluk lain.

Dengan akal manusia bisa menciptakan hal-hal baru uang bisa bermanfaat dikemudian hari. Bisa juga merusak dikemudian hari.

Rohani merupakan unsur yang terakhir dimiliki manusia. Unsur ini kebutuhan pokonya adalah ibadah.

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hal ini menjadikan hati sebagai hal yang paling berharga dalam diri manusia karena hati merupakan suatu hal yang tidak dapat diprediksi. Juga tidak dapat diubah dengan mudah.

Berbeda dengan unsur lainnya yang hampir keselurahannya berpusat pada otak. Maka hati mempunyai ruang tersendiri dalam diri manusia.

Apabila hati sudah meng-iyakan suatu masalah, maka tubuh akan mengikutinya. Hal tersebut menjadi salah satu pengingat mengenai pentingnya menjaga hati supaya selalu bersih.

Adapun cara membersihkan hati ialah dengan cara selalu mengingat-ingat Allah dalam keadaan apa pun, utamanya beribadah. Supaya kita idak terjerumus oleh godaan setan dalam melakukan suatu perkara.

Kholil Chusyairi

https://hidayatuna.com

Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan Reporter di Intis Pers

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *