I’tikaf Sebagai Seni Meditasi dalam Islam
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tidak terasa beberapa pekan lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan.
Perlu diketahui bahwa bulan ramadhan memiliki tiga fase penting di dalamnya yaitu 10 hari pertama, kedua, dan ketiga.
Sepuluh hari pertama adalah fase rahmat, pada fase ini Allah membuka pintu rahmat yang seluas-luasnya.
Sepuluh hari kedua adalah fase maghfiroh (ampunan). Ketiga, 10 hari terakhir pada bulan ramadhan yaitu fase pembebasan dari api neraka.
Pada sepuluh hari terakhir ini menjadi momentum yang digunakan umat muslim untuk melakukan i’tikaf (berdiam diri di masjid).
Dalam al-Qur’an Allah telah menyinggung sedikit mengenai i’tikaf pada surah al-Baqarah:187.
Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa i’tikaf yaitu berdiam diri beberapa saat atau sebaiknya beberapa hari untuk merenung di dalam masjid.
Sebagai salah satu variasi dalam beribadah I’tikaf sangat dianjurkan khususnya pada bulan Ramadhan dan biasanya umat Islam melakukan i’tikaf pada malam hari hingga menjelang sahur.
Bahkan terkadang beberapa masjid menyediakan fasilitas sahur gratis bagi yang melakukan i’tikaf.
Isnan Ansory dalam “I’tikaf, Qiyamul Lail, Shalad ‘Ied, dan Zakat al-Fithr di Tengah Wabah” menuliskan beberapa rukun dalam i’tikaf yaitu.
Pertama, orang yang beri’tikaf (mu’takif) meliputi muslim, akil, mumayyiz dan suci dari hadas besar.
Kedua, niat beri’tikaf. Ketiga, tempat i’tikaf (mu’takaf fihi). Keempat, menetap di tempat i’tikaf.
Adapun yang membatalkan i’tikaf yaitu. Pertama, Jima’.
Kedua, keluar dari masjid kecuali tiga hal yaitu Buang air.
Ketiga, murtad. Keempat, mabuk. Kelima, haid atau nifas.
Adapun yang diperbolehkan dalam I’tikaf yaitu makan dan minum, tidur, berbicara atau diam, memakai pakaian bagus dan parfum.
I’tikaf Sebagai Seni Bermeditasi
Istilah meditasi biasanya digunakan oleh non-muslim dan jarang sekali umat islam menggunakan istilah meditasi.
Secara umum meditasi mimiliki makna sebagai bentuk mendekatkan diri dengan cara menenangkan pikiran dan menemukan esensi sejati kita, sifat ilahi dalam diri, diri yang lebih tinggi, jiwa, atau kearifan batin dan semua pengetahuan.
Langkah utama dalam bermeditasi yaitu konsentrasi dan kesadaran.
Salahudin dalam “Mengenalkan Meditasi Sufistik Ke Dunia Pendidikan” menyebutkan langkah-langkah meditasi yaitu.
Pertama, duduk bersila, dengan posisi kaki kanan diatas paha kiri.
Duduk dengan cara ini bermanfaat untuk mencegah ambeien, dan mencegah kesemutan.
Tangan terbuka di atas paha yang melambangkan sikap kepasrahan dan kesiapan menerima.
Kedua, rileks, pasrah, dan bernafas dengan pelan, lembut dan dalam.
Ketiga, pejamkan mata dan mulailah merasakan detakan jantung dan suara deseiran darah yang dipompakannya ke seluruh tubuh.
Keempat, rasakan detakan jantung dan suara desiran darah yang dipompakannya, mulai dari dada, kepala, tangan, dan seterusnya ke seluruh tubuh.
Kelima, Setelah detakan jantung dan desiran darah tersebut mulai terasa, iringi detakan tersebut dengan zikir Allah, Allah, Allah.
Meditasi jika dikaitkan dengan praktek I’tikaf maka tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh.
Dalam i’tikaf biasanya seseorang melakukan pertama, sholat. Sholat sendiri merupakan sebuah bentuk doa dan komunikasi dengan tuhan.
Kedua, membaca al-Qur’an dan memahami maknanya yang lebih dalam, artinya tidak hanya sekedar membaca tetapi juga merenungi dan mendalami makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Ketiga, berdzikir. Biasanya, proses berdzikir di sini dilakukan setelah sholat sunnah kemudian duduk bersila, berkonsentrasi, menenangkan hati dan fikiran, memejamkan mata, dan dilanjutkan dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah.
Setiap agama memiliki cara meditasi yang berbeda-beda.
Dalam Islam, i’tikaf bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk meditasi karena secara substansi i’tikaf dan meditasi memiliki makna yang sama yaitu mencapai ketenangan secara ruhani dan jasmani untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di sisi lain i’tikaf juga dilakukan untuk mencapai kepada dimensi spiritual yang berbeda.
Karena ketika seorang sedang i’tikaf artinya dia berada di posisi sedang menghamba kepada Allah ditambah lagi dengan hal-hal positif seperti dzikir, sholat dan merenungi makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
Salahuddin juga menyebutkan bahwa manfaat meditasi dalam bentuk i’tikaf yaitu.
Pertama, memupuk dan meningkatkan rasa cinta kasih kepada sesama makhluk.
Kedua, meningkatkan kecerdasan ruhani. Ketiga, mencapai ketenangan jiwa.
Keempat, mengendalikan hawa nafsu dan ego.
Kelima, mengobati berbagai macam penyakit jiwa seperti stres, depresi, cemas dan penyakit jiwa lainnya.
Keenam, menciptakan daya penyembuhan terhadap diri dan orang lain.
Ketujuh, membersihkan hati dan pikiran-pikiran negatif dari luar dan dapat membentengi diri dari sihir dan gangguan makhluk halus.
Umumnya sepuluh terakhir pada bulan ramadhan menjadi momentum yang digunakan oleh umat muslim untuk melakukan i’tikaf, berdzikir, membaca Al-Qur’an, sholat sunnah, istighfar, dan ibadah lainnya.
Ditambah lagi jika i’tikaf yang kita lakukan bertepatan dengan Lailatul Qadar maka akan mendapatkan pahala yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Wallahua’lam. []